31 January, 2014

Suka Berselimut Duka

Sosok wajahmu datang berkunjung. Mencurahkan keluh kesah dan membuat emosiku terpancing. Mengoleskan belas kasihan pada hati. Memakan seluruh suka cita yang ada. Kau memang licik. Bahkan, kau belum memberi kesempatan agar aku bisa merasakan bahagia.

Rumah sakit datang menjemputku. Berusaha mengobati hati yang sudah menghadapi masa kritis. Setetes demi setetes air mengalir. Tangisan demi tangisan menggelengar. Terlambat.


Retakan sudah terbentuk. Sulit untuk disembuhkan. Aku butuh cinta. Banyak cinta yang harus aku terima dan tidak ada yang mendonorkannya untukku. Terlalu berharga untuk dibagi. Sangat terbatas.

Segenang air bahagia aku persiapkan. Berharap, dia akan datang membersihkan duka yang melekat. Kau malah menumpahkan setetes air kesedihan. Menyebar, bercampur, dan menyatu menjadi duka. Tawa berganti menjadi tangisan. Hari bahagia yang berselimutkan kesedihan.

No comments:

Post a Comment