21 January, 2014

Pemilik Masa Laluku

Pernah suatu waktu, aku mengukir sebuah nama. Bermodalkan pensil warna, menghiasnya secantik mungkin. Aku merekatkannya pada halaman terakhir buku harianku. Berharap dirimu adalah yang terakhir untukku. Meski banyak perbedaan yang mengait, tidak membatasi kita untuk menumbuhkan rasa ini.

Pulpen ini menari-nari. Menuliskan sebuah kenangan bahagia dan mencoret semua pilu. Pulpen bocor, tinta berhamburan dimana-mana. Menutupi sebagian kisah indah ini.

Tidak bisa di pungkiri, berat untuk menghanyutkan semua yang terlewatkan. Dulu, diriku adalah milikmu, seutuhnya. Sekarang, hati ini saja yang menjadi milikmu. Dan aku tahu, kamu tidak mengetahui hal ini.

Aku menantang siapa saja yang berusaha mendekati hati yang rapuh ini. Kertas lusuh itu aku lepas dari belakang bukuku. Merobek dan memasukkannya kedalam sebuah kotak besar. Peti hartaku yang paling berharga. Kamu memanglah salah satu harta teristimewa yang pernah kumiliki.

Cinta tidak sirna dengan sempurna. Sekali cinta, tetaplah cinta. Meski pemilik masa laluku berangsur-angsur pergi dari hidupku.

No comments:

Post a Comment