Aku meneguk coklat panas dan membiarkan kehangatannya menjalar di tubuhku. Lalu, aku berjalan sempoyongan kearah kasur. Menutupi diriku dengan selimut tebal. Sebuah boneka yang besar tepat berada di sampingku. Kesayanganku yang selalu menemaniku setiap malam. Aku memeluk boneka itu. Seakan-akan itu dirinya. Aku menghantamkan tinju kearah boneka. Dan aku kembali mengelus-elus kan bulunya. Perasaan ini membingungkan.
Kebosanan pun menghampiriku. Aku meraih sebuah benda mungil di depanku. Ada sebuah pesan masuk. Dia. Aku kembali meletakkan benda itu. Dia berhasil menghancurkan ketenangan yang aku miliki. Ada dua pilihan, membiarkannya atau membalasnya. Aku tidak yakin dia benar-benar ingin berhubungan lagi denganku. Bisa saja, dia memang ingin merusak ketentramanku.
Aku menekan beberapa huruf dan menekan tombol 'kirim'. Ting. Senyum sedikit demi sedikit tumbuh di bibirku. Aku tidak bisa menahannya. Aku putuskan untuk tidak membalasnya lagi. Ting. Benda itu kumatikan. Aku melemparnya kearah kasur. Menyalakannya hanya akan meruntuhkan benteng pertahanan ini. Namun ada secarik harapan yang tertera. Aku ingin kembali bertukar kata. Sudah lama sekali benda ini tidak dipenuhi oleh pesan.
Hati ini tidak memiliki energi yang cukup. Kerinduan sudah berada pada posisi teratas. Melanjutkan atau menghentikannya? Memang kita adalah teman, Tapi masa lalu tidak dapat menyusun lagi pertemanan ini. Bimbang.
No comments:
Post a Comment