28 January, 2014

Masih Terlelap

Belajar merupakan kewajibanku. Termasuk, belajar mencinta. Aku tidak tahu makna cinta yang sebenarnya. Hambar. Sma sekali tidak bisa merasakan rasa cinta yang bergejolak di mana-mana itu.  Pengecapanku seperti tidak berfungsi, sangat buruk. Aku terus memasukkan berbagai bumbu dan masih saja sama.

Guruku, dirimu. Kau menuntunku mengaduk semua komponen yang aku butuhkan untuk bisa menyajikan cinta. Kau mengingatkan setiap langkahku. Tanpa sengaja, mengoreskan makna cinta dalam benakku.

Kau bilang, cinta begitu khas. Rasa yang terkandung di dalamnya bisa membuat siapa saja terhisap. Kau mewarnai setiap hariku dan melukiskan kebahagiaan didalamnya. Aku sempat terlena, terhipnotis dan ikut merasakan semua hal yang kau dongengkan itu.

Ternyata, hanya omong kosong. Telinga ini membeku mendengar setiap kata yang ingin kau lontarkan lagi. Aku terbengkalai lemas, melihat jejak yang kau tinggalkan. Semua air duka itu tumpah. Aku memuntahkan kembali semua rasa yang sempat aku rasakan.

Retakan itu perlahan-lahan meluas. Membesar dan memecahkan semua senyum yang ada. Cinta itu hanyut dari hatimu. Dan berlayar memenuhi setiap relung hatiku. Sedikit demi sedikit menumpuk. Aku terus mencinta dan kau terus membenci, menjauh, dan menghilang juga tak pernah melirik ke belakang.

Kata-kata itu belum lenyap dari pikiranku. Aku masih tersenyum dongkol mengingat setiap kejadian manis. Menintikan air mata pada setiap kepahitan yang melukai hati. Menggerutu, terus menggerutu. Penyesalan menggelegar. Namun, apa gunanya menyesal.

Perlahan, berusaha bangun dari kelamnya dunia cintaku. Tapi, sekarang, masih terlelap dalam pilu.

No comments:

Post a Comment