30 April, 2014

Cinta Tak Berujung


Aku belum pernah mengenal rasa ini atau pun berusaha menyelidikinya. Aneh, aku tidak mengerti. Apa ini yang namanya cinta? (S)

Cinta itu tidak dapat digambarkan atau pun diungkapkan. Saat kita merasa ada yang menarik tanpa alasan, itulah cinta. (V)

Walaupun aku tidak tahu apakah cinta, tapi aku tahu bahwa ada sesuatu pada dirimu. (C)

Sesuatu yang tidak dapat kau ungkapkan dengan kata-kata. (J)

Lalu, apakah aku pantas merasakannya? Disaat hatiku yang masih rapuh akan kisah sebelumnya. Aku belum siap memulai yang baru. Aku belum siap menerimanya kembali. (S)

Jikalau terjebak di kisah yang merapuhkan hati, akankah kau menyerah untuk membuka lembaran baru? Siap atau pun tidak, perkenalkan, namaku cinta dan aku akan menghampirimu. Tunggulah. (V)

Sampai kapan aku harus menunggu? Aku sudah lelah. (J)


26 April, 2014

Mantan Terindah


Bila saja mentari lupa untuk terbit, aku masih ingat akan sosokmu yang sempat menjadi bagian penting dalam hidupku. 
Bila saja mentari akan segera tenggelam, rasa itu tidak akan lenyap sepenuhnya bersama waktu.

Pikiranku sedang berlari-lari cepat. Kesana-kemari, mencari satu-dua topik yang hendak direnungkan. Bukan kurang, melainkan terlalu banyak hal yang harus diluruskan.

Pada akhirnya, sampailah pada sebuah materi yang tak sederhana. Batinku memaksa dan memerintah untuk membahasnya. Cinta. Bahkan aku tak yakin dengan definisi rasa itu sendiri. Pantaskah aku melanjutkannya?

18 April, 2014

Tak Terpisahkan


Jika mentari berhenti bersinar, maka saat itulah kebersamaan kita akan redup.
Jika laut kehabisan air, maka saat itulah kita kekurangan detik untuk menderai tawa.
Jika warna pergi meninggalkan pelangi, maka saat itulah aku juga akan beranjak pergi dari kehidupanmu.

Belum pernah ada orang yang setia menemani layaknya dirimu. Ku tahu tidak ada secuil pun keinginan untuk membiarkanku sendiri. Bahkan meskipun aku tak meminta, kau tak sungkan datang menolong.

Rintangan rumit, jalan berliku, beban berat, bukan penghalang yang mudah untuk dilewati. Tapi lihat, kita melakukannya. Dengan bergandengan tangan, dengan penuh keyakinan, dan dengan rasa persahabatan. Tiada yang tidak bisa kita selesaikan, asalkan tetap bersatu.


14 April, 2014

Diam


Perasaan tak bernama kembali menyerang sebagian sarafku. Aku pun terpaksa harus kembali menghadapi virus-virus ganas ini seorang diri. Tanpa seorang penyembuh, perawat, dan juga dirimu.

Aku tak pernah mengenal dan tahu apa sebab virus itu mendatangiku. Pembalasan dendam, mungkin. Aku belum mengerti.

Dia mampu dengan cepat berkembang, membesar, dan lenyap begitu saja dengan merenggut partikel kebahagiaan dan membawamya kabur. Hanya itu yang aku dapat dari pengalamanku.

Percikan-percikan kecil dilemparkannya dengan sengaja. Mengenaiku hingga membuatku terus terdiam dan mengambil ahli kendali pikiranku. Dia turut mematikan alat perasaku. Membuatku tidak bisq merasakan bahkan secuil pun kepahitan, kesakitan, atau pun mungkin kebahagiaan yang dipancarkan virus nakal ini.

Pikiranku berahli fungsi menjadi sebuah mesin pemutar masa lampau. Sembari tubuhku yang mematung, otakku menari ria bersama perasaan menjanggal. Lalu dengan mengendap-endap memasukan sebagian jiwaku ke dalam kotak kenangan tak teringinkan.

Tidak banyak perubahan yang terjadi padaku. Perasaan tanpa nama ini masih saja bertenaga untuk menggelapkan masa depan dan menerangkan sejarahku. Aku pun masih menjadi seorang yang payah untuk mengatur siasat untuk melawan.

Di tengah hatiku yang masih menyimpan segudang rasa dan pikiran yang masih memutarkan satu per satu kejadian, aku memilih untuk diam dan membiarkan virus menggerogotiku.

12 April, 2014

Alasan di Balik Tulisan



Menulis sudahku tekuni sejak aku menggenakan rok biru. Berawal dari sebuah rasa penasaran dan keisengan hingga menjadi sebuah makanan yang mencandu diriku. Sudah cukup banyak karya-karya yang ku hasilkan selama kurang lebih empat tahun ini. Memang pengetahuan dan mungkin kemampuanku masih sangat dangkal, namun aku tak akan berhenti untuk menggapai mimpi yang sudah lama ku genggam.

Banyak pertanyaan yang berlomba-lomba menyambar diriku, "mengapa kamu mau menulis?". Sederhana saja, aku hanya ingin membebaskan isi-isi yang rumit dan tersimpan dalam hati. Menuangkan bahagia, cinta, dendam, kepahitan, duka, dan semua perasaan ke dalam tulisan. Aku juga mampu melepaskan unek-unek yang terkubur dalam pikiranku. Lega.

Bukan paksaan, tentu saja. Ini semua berasal dari dorongan hati yang berusaha meyakinkan batinku mengenai bakat. Sejujurnya, dulu aku tak tahu-menahu akan kelebihan yang ku pegang, hingga aku menemukan rangkaian kata-kata dan paragraf ini. Sungguh ini benar-benar kegemaranku.

Disini, aku bebas berkreasi, bebas berinovasi, dan bebas segalanya. Disamping kehidupan nyata dengan akhir yang meragu untuk bahagia, aku bisa dan boleh menjadwalkan apa saja yang akan menimpa. Disamping kenyataan yang sulit untuk digabungkan dengan harapan, aku akan dengan mudah mempersatukannya.

Nyalakan perasaanmu, jalankan pikiranmu, dan gerakan tanganmu. Aku akan terus belajar dan mencoba menghasilkan hasil yang terbaik.


09 April, 2014

Sekadar Harapan

Tidak ada yang bisa mengubah sejarah. tidak ada yang bisa membohongi maksud hati, tidak ada lagi harapan untuk kembali menjadi kita.

Helaian kenangan yang masih terhubung dengan ingatanku tak menyerah untuk melumpuhkan kegembiraanku. Kerap menumbuhkan secercah harapan dan menjatuhkan ku ke dalam lautan kesedihan. Dia membuatku kembali di ikat dengan tali-tali cinta, mendiamkanku di balik jeruji besi kesengsaraan dengan rantai yang membelit kaki.



Aku hanya bisa terbujur kaku menikmati masa-masa ini. Hening. Loncatan-loncatan detik dari jam dinding mengisi ruangan ini. Juga di temani dengan desiran air mata yang tidak berani meninggikan suaranya.



Memang, aku sungguh terluka dan tersakiti oleh semua sikap kasar yang kian kau tunjukkan. Tapi sadarkah kamu aku masih berusaha untuk kuat demi dirimu?

Harapanku hanya ingin kembali dapat masuk ke dalam hatimu. Sekadar harapan yang tidak mungkin menjadi nyata.

05 April, 2014

Kembali Untuk Pergi

Disaat aku mulai melupa, selangkah demi selangkah kau menghampiriku.
Sewaktu rasa itu kembali, seonggok harapan terbenam bersama matahari.
Dan ketika matahari itu hendak terbit, semua angan telarut dalam indahnya malam.



Bila saja gendang telingamu mampu menangkap setiap kata yang terucap dari hati, maka tiada sakit hati. Setiap kondisi kian mendorongku untuk berucap dusta. Aku tak ingin menerima kenyataan yang telah tertuju padaku, hanya ini yang menolongku untuk menghindar.

01 April, 2014

Cinta Terlarang

Saat semua sudah terlepas, aku belum sepenuhnya merelakanmu. Desiran harapan masih terasa di pelupuk hati dan tak ada yang mengabulkannya. Bukan salah kita, memang aku dan kamu tak sepantasnya disatukan.




Cinta terlarang. Siapa menginginkannya? Satu pun orang di dunia ini aku tak yakin ada, termasuk kita. Mengapa seluruh cinta terkutuk ini masih saja terus menempel di pinggiran hatiku? Belum puaskah menyiksa?

Tolong, bangunkan aku dari semua mimpi buruk ini! Katakan bahwa kita bisa bersatu, katakan!


Tak pernah secuil pun terlintas dalam pikiranku akan ada tantangan serumit ini. Aku serasa dijatuhkan ke dalam jurang curam, dalam, gelap, dan menakutkan. Hingga tidak ada harapan untuk kembali ke atas permukaan, pulang kerumah, dan kembali dalam dekapanmu.

Diamkan aku di sini, jangan berusaha mencariku! Aku hancur, sangat.