19 May, 2014

Segelintir Rasa yang Kembali

-Seraya memejamkan kedua mata, aku menggali lagi ingatanku akan kita.-



Mengenang. Mengangan. Menangis. Rasa lelah sudah menyelumuri. Tanpa hasil dan khayalan yang terkabulkan.

Termenung-menung, pikiranku melayang. Hati yang sudah lama terluka parah mulai mengadu mulut dengan otak. Kumohon, jangan tambahkan luka lagi. Sudah terlalu banyak kepahitan yang ditanggungnya seorang diri, karena cinta.

Rasa itu sudah lama mati. Rasa itu sudah lama bersembunyi. Mungkin inilah waktunya. Tiada yang bisa bertaruh bila rasa itu kembali sekarang. Bukan seutuhnya memang, hanya segelintir rasa rindu.

17 May, 2014

Berserah

-Untuk apa kau kembali? Jangan pergi lagi, inilah anganku yang kau wujudkan.-



Kehadiranmu, bukan lagi hal yang ku impikan. Ini sudah menjadi nyata. Semua rasa-rasa rindu yang sempat bergumul di pelupuk hatiku tertahan. Air mata yang biasanya aku sembunyikan terjentikkan. Waktu, tolong berhenti. Abadikan moment terbahagiaku ini.


16 May, 2014

Bagaikan Musim

-Secepat itukah kau berubah? Tolong bantu aku mematikan rasa ini.-


 

Kristal bening tak henti-hentinya meminta untuk keluar. Dia sudah berhasil membuatku kacau, lagi. Gejolak rasa itu memang kembali berkunjung. Dan kurasa, itu bukan sepenuhnya adalah kesalahan.

15 May, 2014

Belajar Melepas

-Detik dan detik waktu yang tersisa untukku, masih diiringi oleh bayang wajahmu.-

Kegilaan ini hampir saja menenggelamkanku dalam lautan duka. Aku belum mampu melepaskan dirinya, sungguh. Masih ada seutas tali yang mengikatku dan ini cukup membuatku resah.

Bodoh memang, karena tekad yang belum lama ku tekuni sudah roboh tanpa hasil yang memuaskan. Aku butuh satu saja alasan akurat agar bisa merelakannya.
Setiap kali aku mencoba menyebrang ke arah lain, hanya kegagalan yang senantiasa membawaku masuk ke dalam kegelapan. Bagaimana bisa aku berpindah dengan mudah? Kapan aku boleh menoleh ke arah yang lain? Mengapa kau seolah menjebakku sedari awal? Apakah ini akhir yang kau rancang? Puaskah?

13 May, 2014

Pergilah

Waktu telah berangsur-angsur terisi penuh dengan banyak cerita dan bodohnya aku kembali terjebak dalam sebuah permainan cinta yang kau rakit. Kau menyebutnya permainan unik yang mampu menyayat hati mungilku. Kau senang memainkannya? Aku tidak.


Sudah lama aku menanti kedatangan seorang pangeran yang akan mengandengku masuk ke dalam kereta kuda, menari bersama diiringi musik dansa, dan tinggal bersama dalam istana megah di tengah kota. Ketika ku melihatnya, pipiku merah merona, dan ketika aku mendapatkannya, mimpi itu seolah kabur. Pergi entah kemana, tak ingin beralih menjadi kenyataan.

Kau hanyalah seorang pangeran gadungan. Lalu aku dengan mudahnya memberikan seluruh hatiku kepadamu tanpa sedikit pun menyadari sebuah belati berkarat di samping sakumu. Apa gunanya itu? Mengoyak hatiku? Rencana payah.

Hatiku memang sudah terpecah belah dan hancur tak berbentuk karenamu, bahkan sebelum kau berhasil menghunus bilah pisau itu. Kau pergi, menjauh, dan meninggalkanku sendiri dalam tempat senyumanmu.

01 May, 2014

Rela

-Dengan bintang yang tak kenal lelah untuk menerangi malam, aku menunggumu bersama harap yang kian menipis-

Tiada lagi hal yang patut aku takutkan, kau sudah bahagia dengan kepergianku yang tak lagi pantas berada disisimu. Kabar itu memang seakan merapuhkan hatiku yang sudah tak berbentuk lagi. Dan kau semakin menambah luka yang sudah dirasakannya jauh hari. Meskipun pahit, aku tetap akan menanggung semua resiko.


Aku sudah berusaha merajut satu per satu kepingan hatiku dan menyatukannya kembali. Bukankah itu adalah hal yang bagus bila aku mencoba menyerahkan hasil rajutan ini kepada peminat lain? Namun, aku terlalu terpuruk dengan masa lalu tak tak henti-hentinya meremehkan diriku.