31 July, 2016

Sepucuk Surat untuk Sena

Apa yang salah dari 'kita'? Atau malah adanya 'kita' memang salah? Bisakah kau tunjukkan ke aku bagaimana benarnya? Bisakah kau menjawab pertanyaan yang menikam otakku sekarang? Berilah aku penjelasan, setidaknya untuk meneguhkan hati akan sebuah keyakinan untuk tetap memperjuangkanmu.

     Hei sayang, kau kemanakan oksigen yang biasa kubuat bernapas? Aku tidak berada di ruang hampa, Sayang, aku berada di sebuah planet yang biasa kita buat berpijak. Mengapa kau bebas bernapas, sedangkan aku di sini meregang sesak.

     Bisakah kau perbaiki hatiku yang beku karenamu? Pegang saja, kau bebas menggenggamnya bahkan kau leluasa menghancurkan itu. Relakah aku? Jangan sungkan, rusak sesukamu, kikis sesukamu, pecahkan sesukamu, biarlah aku menjerit asal kau senang. Jika melihatku menderita bisa membuatmu mencintaiku,  sakitilah aku sepuasmu. Asal hangatmu bisa kau beri padaku, asal hangatmu bisa kudekap dengan erat.

     Maaf kataku yang barusan agak sarkas. Itu berlebihan. Tapi, tidakkah kau tahu rasanya jatuh berkali-kali untuk memperjuangkan seseorang. Hanya kau! Tapi aku bangkit lagi untuk mengejarmu, lalu dijatuhkan lagi, dan aku bangkit lagi. Terus seperti itu sampai hatiku berkata 'aku menyerah'. Aku selalu menunggu hatiku berkata seperti itu, tapi kian hari rasaku semakin tak ku mengerti.

     Aku sudah terlanjut jatuh, Sena. Aku sudah membeku dalam kurun waktu cukup lama di kastil es-mu. Sinarku belum cukup mampu melelehkan dinginnya kau, tapi aku terus berusaha walau dalam tangis sekalipun. 

     Orang lain akan mengganggapku bodoh. Tapi aku akan memilih jadi bodoh karena hati sudah mematikan akal sehatku. Mereka tidak tahu, seberapa besar perjuanganku untuk menggapaimu, aku tidak akan membuat semua tetesan air mata ini mengalir sia-sia. Satu alasanku, karena AKU PERCAYA.

-Kenarya
Dikutip dari novel 'The Coldest Boyfriend'.

2 comments: