19 July, 2014

Adakah Pembalasan?


Kalau saja cinta tak tersangkut pada kita, mungkin saja aku akan kehilangan semua kisah paling menakjubkan yang pernah ada. Kelewatan untuk mengalami jantung yang berdetak seenaknya sendiri. Melemahkan mata tergesitku sewaktu menangkap rupa bayangmu.

Bukan kita namanya jika tidak sempat bercinta. Bukan sejati sebutannya jika mengabaikan ucapan setianya. Hingga perpisahan mengenaskan akhirnya menghampiri hubungan terindah dan termanis di masa hidupku.

Aku bertekad melumpuhkan kerja otakku untuk mengingat. Aku bertekad menjaga keutuhan hatiku yang terlanjur terbagi dalam banyak bagian.

Namun, bagaimana caranya untuk mengabulkan kedua permohonanku? Dimanakah aku mampu memperoleh sebutir obat pelumpuh ingatan dan menyewa jutaan pengawal? Mustahil adanya doa ini boleh terwujud.

Pencarian dan usaha semakin giatku kerahkan. Belum ada pembujuk yang berhasil menggagalkan rencanaku. Aku masih berapi-api mencoba mengorek dunia. Serentet kalimat pemusnah semangat kian berdatangan dan memotivasiku agar berhenti.
Sampai disaat kenyataan itu terbuka, namaku dan namamu, tak memiliki takdir yang sama. Cinta kita hanya sebatas angan yang sempat kita genggam beberapa waktu. Kita adalah dalang dari ini semua. Tapi takdirlah yang berulah. Berhentilah mencintai orang selain takdirmu! Dan ingat, jangan lupakan penggebu semangatmu di masa lalu! Setidaknya, seukir cerita itu pernah kau banggakan.

Rasa cinta itu akhirnya tertebang. Memang tak akan benar-benar bisa dihapuskan hingga ke akar. Meskipun kisah cinta bernuansa romantis di awal ini telah tutup usia, rindu dan cinta masih berlomba menyelip di sela-sela jalan menempuh kisah yang baru. Mengiringi diriku dalam menghadapi sebuah kisah lain di depan sana.

Jika demikian, adakah pembalasan setimpal bagi pemancar rindu yang belum melupakan janjinya? Adakah rindu yang sama yang terpendam disana setelah pemberhentian terakhir kita? Adakah perjuangan yang sama di kisah yang akan datang?

3 comments: