13 December, 2015

Masih Ada Untuk Dirasa

Di saat detik-detik waktu telah banyak terbuang, rindu ini semakin menjadi-jadi. Diantara dua gadis, yang merasakan rindu yang sama, akan masa lalunya masing-masing.


Percakapan kami pun dimulai. Ketika aku dan gadis itu mengenang masa lalu kami, yang tidak pernah sesuai dengan apa yang kami harapkan.

Untuk dia.
Untuk mereka.
Yang tenggelam dalam kenangan kami.
Yang berhasil memorakporandakan perasaan kami.


Kau
Seberapa banyak tenaga yang kau sisakan untuk dirinya?
Kita hanya ingin melepaskan rasa rindu yang masih tertinggal.
Namun sampai kapankah rasa itu akan habis?

Aku
Sampai kapan? Sampai nanti dikala aku sudah lelah merasakan rasa sakit yang begitu hebat.
Namun aku tidak pernah selelah itu untuk berhenti.
Hah.
Sekuat itukah aku hingga mampu menahan semua rasa sakit yang dia beri?
Atau sehebat itukah aku hingga begitu berani menghadang sakit demi bersama dirinya?

Kau
Seberapa banyak cinta yang dia tinggalkan untuk aku?
Atau memang semua sudah lenyap terbawa oleh 'dirinya'?

Aku
Tidakah kau merasa lelah akan semua ini, sayang?
Meratapi sebuah nasib yang entah apa akhirnya nanti.

Kau
Tidak, aku tidak merasakan lelah sedikitpun.
Hanya ada sakit dan asa, yang mungkin menetap saat dia pergi.

Aku
Sadarlah!
Akankah perjuanganmu dihargai?
Atau hanya akan diartikan sebagai sebuah tindakan yang sia-sia?

Kau
Aku bahkan tak yakin dengan segala hal yang aku lakukan ini.
Pandanganku kabur dan aku hanya bisa mengikuti alur yang entah diciptakan oleh siapa.
Aku hanya bisa berpengangan dengan serpihan-serpihan cinta yang setia bersarang dalam diriku.

Aku
Hatimu tidak sekuat baja, namun kurasa kau menyamar untuk menjadi dirinya.
Berpura-pura kuat seakan rasa sakit itu tidak berarti apa-apa.

Kau

Mungkin benar aku tidak sekuat baja, dan aku hanyalah sebuah sisa-sisa keputusasaan.
Tapi rasa ini, seakan lebih kuat daripada sebuah baja.
Aku merasa puas untuk menyaksikan semua rasa sakit yang aku lalui
Rasa sakit itu bukanlah apa-apa dibanding dengan rasa yang aku simpan selama ini.
Walaupun memang, tidak ada yang berguna baginya.


30 July, 2015

Bukan Mimpi


Selamat malam, untukmu yang ada di sana.
Apakah aku hadir dalam mimpimu? Ataukah aku ikut serta dalam pikiranmu?
Semoga mimpi indah menyertai.

Aku senang bermimpi. Tidak perlu ada hal-hal nyata yang harus ditakuti. 
Aku suka bermimpi. Melepaskan seluruh beban yang harus dipakul tubuh ini. 
Samakah dirimu dengan aku? 
Tapi aku tak sepenuhnya mau terjebak dalam mimpi, sebab kau yang selalu berkunjung ke dalam mimpiku akan lenyap begitu aku terbangun.

Cinta yang kutumbuhkan ini nyata dan tulus. Tolong kau jaga dengan sebaik mungkin.

07 July, 2015

Akhir dari Kisah Kita

Keringatku bercucuran. Aku berusaha mengelap keringat yang sedari tadi membasahi wajahku. Sekian banyak tissue telah kuhabiskanKurasa aku harus pergi membelinya lagi. Matahari sedang tepat berada diatas kepalaku dan kendaraan yang kutunggu sejak tiga jam yang lalu tak kunjung datang. TIGA JAM.
Mobil itu pun menampakkan dirinya, melaju mulus, dan berhenti tepat didepanku. Klakson dibunyikan dua kali. Kaca mobil diturunkan. Dia memperlihatkan senyumannya. Pintu mobil dibuka dan dia berjalan keluar.
"Maaf telah membuatmu menunggu lama, Kate. Tadi aku harus pergi sebentar dan tidak sempat meneleponmu lagi."
 Aku langsung masuk ke dalam mobil tanpa membalas sepatah katapun. 
"Kate, dengar, aku tahu kamu mungkin marah padaku. Tapi sungguh, aku minta maaf."
Aku mengambil earphone dan memasangkannya ditelingaku. Aku memutar lagu hingga bervolume paling besar agar aku tidak mendengar alasannya lagi. Seharusnya aku tidak masuk ke dalam mobil ini. Seharusnya aku pergi saja dengan menaiki taksi. Seharusnya aku tidak menunggunya. Seharusnya aku sudah tiba disana setidaknya dua jam yang lalu! 
Sewaktu aku bersiap-siap dirumah tadi, Alex tiba-tiba saja meneleponku dan memintaku agar bisa pergi ke taman biasa sekarang juga. Katanya, dia akan menjemputku disana, ada hal penting yang ingin dia bicarakan kepadaku. Aku segera pergi menuju taman, mencari kesana-kemari, dan aku tidak bisa menemukannya. Ini bukan lelucon karena aku telah membuang waktu sebanyak itu, sementara pameran itu sudah tutup sejak setengah jam yang lalu. Pameran? Oh, baiklah aku melewatkannya. Ester pasti akan sangat marah kepadaku.
Setelah tahu Alex akan menjemputku, aku langsung memberitahu Ester bila aku akan menyusulnya nanti. Aku tidak mengatakan apa alasannya, namun Ester menyetujuinya dan berangkat sendiri. Kenapa aku begitu bodoh untuk menerima ajakan Alex? Maafkan aku, Ester.
Earphoneku ditarik paksa. Aku langsung ingin mencaci-makinya, tapi dia menempelkan jari telunjuknya dibibirku.
"Jangan berisik."
Dia mendekat dan mengecup lembut pipiku. Aku mendesah kuat.
"Bisakah kau belajar untuk menepati janjimu? Bisakah kau belajar untuk tidak mengingkarinya?" Setetes air mata berhasil lolos. Tidak, tidak. Aku tidak boleh menangis didepannya.
Ini memang sudah kesekian kalinya ia membuatku menunggu selama itu. Dan ini juga yang kesekian kali aku menangisinya. Bodoh.
"Maafkan aku." Dia mengelap air mataku, memelukku erat sekali.
Mobil pun melaju dengan kencang di tengah keramaian ibu kota lima belas menit kemudian.
"Alex, kamu tadi pergi kemana? Kenapa jemputnya lama sekali? Memangnya ada hal penting apa?"
Pandangannya lurus menatap jalan di depan. Sesekali menengok, tapi dia masih belum menjawab menjawab pertanyaanku.
"Alex?"
"Hmm?"
Aku memutuskan untuk tidak bertanya lagi, tidak ingin memicu pertengkaran. Aku bahkan tidak tahu kemana kita akan pergi selanjutnya, pameran sudah tutup bukan? Biarkanlah, aku sedang malas bertanya. 

20 June, 2015

Mencinta Dari Kejauhan

Jarak bukanlah halangan bagi cinta yang penuh angan. Jarak hanyalah tantangan untuk membantu mempererat hubungan.

Kisah ini menceritakan aku dan dia yang saling mencinta dari kejauhan.

Rindu kian berkicau mendambakan pertemuan. Aku ingin menghapus rindu yang terus membuncah ini, dan jarak mematahkan impianku.

Aku duduk termenung membayangkan rupa wajahmu yang sudah lama tidak kutemui. Melantunkan satu-dua lagu mengenang cerita yang telah kita rajut bersama.


Lihatlah kedua muda-mudi itu, bercanda tawa menguraikan kebahagiaan. Lelaki itu merangkul dan memberikan kecupan di kening sang gadis. Kekasihnya memeluk manja, seolah takkan melepaskan pujaan hatinya itu.

Lelaki itu tiba-tiba berdiri melepas rangkulannya. Ia berbalik sebentar, kemudian mengeluarkan sekuntum mawar merah. Sang gadis terharu dibuatnya. Diraihnya tangan sang gadis dan mengecupnya lembut. Lantas, memberikan bunga mawar yang baru dibelinya tadi pagi.

Semua orang bisa melihat dengan jelas, bulir-bulir air meluncur dari mata sang gadis. Bukan karena lelaki itu melukainya, tetapi justru karena ia yakin ia telah menemukan lelaki yang tepat. Lelaki yang bisa menjadi sandarannya saat dirinya lelah. Lelaki yang bisa menghandirkan warna dalam kehidupannya. Lelaki yang berada disampingnya, yang tengah mengelus rambutnya.

11 June, 2015

Untuk Kamu

Ini aku, orang yang pernah singgah dihatimu.
Ini dia, seseorang terkasih yang amat ku sayangi.
Kamu? Hanya sebagian dari masa laluku yang telah usang.



Tidak, takkan ada lagi isak tangis untukmu. Masa itu telah melewati batas waktunya. Aku hanya akan menyisakan sebuah rongga dimasa laluku. Selebihnya maaf, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tak berdaya untuk mengatur itu semua.

Perkenalkan, ini cinta yang sudah membaik. Semua dendam dan dengki berhasil ku lenyapkan sepenuhnya. Rasa iri yang pernah mengakar, perlahan layu termakan waktu. Bagaimana denganmu? Aku bisa memperbaiki segalanya bersama dengan cinta yang kian mekar.



Kenangan itu terselinap diantara pikiran yang sunyi. Aku lekas meraih dan membersihkannya dari debu-debu yang bertebaran. Samar-samar aku melihat bayang dirimu yang pernah tulus mencintaiku. Tapi itu semua tidak abadi. Kau bisa melihat dirimu -mungkin sama dengan diriku- yang akhirnya jatuh cinta kepada yang tak terduga. Ingatan itu perlahan memudar hingga mampu tergantikan oleh semburat-semburat kebahagiaan.

"Aku bukannya melupakanmu, hanya saja aku terlampau bahagia bersamanya untuk berusaha mengingatmu lagi."

Sekian lama aku bersembunyi dan kembali dengan segenggam kebahagiaan. Mungkin kamu adalah bagian dari masa laluku, dan semoga dirinya adalah bagian dari masa depanku
Aku mencintanya, sangat.


Untuk kamu,
Aku berhasil!

19 April, 2015

Jika Kamu Pangeran


Jika kamu pangeran itu …
Mungkin memilikimu hanya akan menjadi sebuah angan. Sebab, aku hanyalah rakyat jelata yang bahkan tak pantas mencintamu meski secara diam-diam.

Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin kau menjadi satu-satunya yang ada di sini, menemani saat aku sepi dan sendiri. Aku ingin kita menjadi sepasang merpati yang terbang bebas di angkasa luas nanti.

Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin kau bisa menerimaku apa adanya. Mungkin aku bukan seorang putri yang berasal dari keluarga bangsawan. Tapi aku akan menjadi seorang gadis yang setia mencintaimu selama aku masih berada di dunia ini.

Jika kamu pangeran itu …
Mungkinkah kau akan membawa ku pergi ke tempat kebahagiaan berada? Sesungguhnya bukan itu yang aku impikan karena hanya dengan bersamamu saja aku sudah sangat bahagia.

Jika kamu pangeran itu …
Bolehkah aku menggenggam erat tanganmu? Aku ingin bisa terus bersamamu dan menghabiskan sisa hidupku denganmu. Karena mencintai dan dicintai olehmu, aku bisa menggenggam erat kebahagiaan.

Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin kau menuntunku keluar dari kehampaan. Aku ingin kau menuntunku ketika aku tersesat dan melewati jurang kegelapan. Karena yang aku tahu kau adalah penuntun hidupku.

 Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin menghadiahkanmu sebuah cinta yang tulus. Aku tidak menuntut untuk menerimanya. Namun biarkan aku merasakan cinta yang takkan ku beri kepada yang lain.

Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin ada suatu saat dimana aku dan kamu bersama-sama merajut kebahagiaan di masa depan.

Meski kamu bukan pangeran itu …
Akankah kau menjadi pendamping hidupku?


Dari gadis yang mengagumimu.


Author: Stefani and Viby Diana

05 April, 2015

Sebuah Kisah yang Belum Usai


Musim hujan akan selalu mendatangkan kesejukan. Disertai kenangan-kenangan yang belum hilang dimakan waktu. Ingatan itu berkeliaran di pikiran. Enggan menghilang dan justru merajam hati.

Kala itu adalah bulan keempat. Hampir sama seperti hari ini. Duduk dalam diam tanpa ditemani oleh siapapun. Aku memperhatikan sosok itu, yang dua belas bulan lalu telah berhasil merenggut kebahagiaanku.  Semuanya masih terasa sama. Senyumnya, keriangannya, ataupun kekonyolannya. Namun kedamaian lenyap begitu saja, mengingat cinta yang sudah diambil ahli olehnya.

Ternyata cinta itu memang indah. Tapi menyisahkan luka bagi yang kalah.

Aku memperhatikannya diam-diam. Berusaha sebisa mungkin agar kecurigaan tidak muncul. 

 “Sedang apa kamu disini?” Aku dikejutkan oleh suara yang tak lain adalah temanku, Lucy.
Dia langsung duduk disampingku dan menyesap minuman yang sedang dipegangnya.

“Kau mengagetkanku saja,” pandanganku kembali menuju kedepan. Namun, aku tidak berhasil menemukan sosok itu. Sebersit kekecewaan muncul dari dalam benakku.

“Ayo kita pergi ketempat lain!”  Lucy bangkit dan berjalan menyusulku.

“Eh, mau kemana?”


08 March, 2015

Tentang Cinta yang Telah Usang

Kecewa itu menguatkan.
Ia akan menuntunmu menuju kebahagiaan yang sesungguhnya.

Cinta terasa asing saat aku memandang rupa wajahmu yang tercetak diselembar foto. Senyummu masih sama seperti senyum yang senantiasa kau hidangkan untukku dulu. Namun rasa yang kerap ku sembunyikan, sudah lenyap tak bersisa. Kita hanyalah dua raga yang berpura-pura melupakan masa lalu.

Bukan tentang apa yang terjadi, tapi bagaimana hal itu bisa terjadi. Bukankah semuanya baik-baik saja sebelum jarak memisahkan kita?

Katamu, cinta yang kau miliki teramat tulus dan selalu tertuju untukku.
Kataku, itu hanya sebatas omong kosong.

Kau punya ucapan manis yang mampu membius pendengarnya untuk percaya. Dan aku lebih percaya lagi tentang dirimu yang pandai membual.


Aku bak berada di posisi yang serba salah. Banyak orang yang memberiku nasihat seperti hendak mendukungnya, "Kamu harus bisa memercayai orang yang kamu sayang." Lalu apakah aku harus memercayai orang yang tak lagi menyayangiku?
Mungkin merekalah yang sepantasnya dinasehati.

11 January, 2015

Cinta yang Tak Terduga

Bisa bertemu denganmu mungkin adalah sebuah kebetulan yang menyenangkan.
Bisa mencintaimu ialah hal yang belum pernah ku tebak sebelumnya.


Inilah kami. Dua orang biasa yang menyimpan perasaan masing-masing. Atau hanya aku seorang? Menutupi jutaan ion-ion cinta yang mengisi ruang hati agar tidak berserakan.

Cinta bukan kegembiraan sepenuhnya. Penuh dengan tanda tanya yang takkan bisa terprediksi. Senang, susah, sedih, bimbang, resah, semua teraduk dan dipaparkan kepada siapapun yang memilikinya. Termasuk aku yang mengunduhnya untukmu.

Cinta juga tak selamanya akan indah, kau tahu itu? Dan aku ingin mengubah ketidakindahannya menjadi insiden yang selalu terekam dalam memori. Kita cukup mengotak-atik sedikit hingga bisa berbalik menjadi ramuan untuk menyuburkan benih-benih cinta. Bukankah permasalahan akan membuat setiap hubungan menjadi erat?