20 June, 2015

Mencinta Dari Kejauhan

Jarak bukanlah halangan bagi cinta yang penuh angan. Jarak hanyalah tantangan untuk membantu mempererat hubungan.

Kisah ini menceritakan aku dan dia yang saling mencinta dari kejauhan.

Rindu kian berkicau mendambakan pertemuan. Aku ingin menghapus rindu yang terus membuncah ini, dan jarak mematahkan impianku.

Aku duduk termenung membayangkan rupa wajahmu yang sudah lama tidak kutemui. Melantunkan satu-dua lagu mengenang cerita yang telah kita rajut bersama.


Lihatlah kedua muda-mudi itu, bercanda tawa menguraikan kebahagiaan. Lelaki itu merangkul dan memberikan kecupan di kening sang gadis. Kekasihnya memeluk manja, seolah takkan melepaskan pujaan hatinya itu.

Lelaki itu tiba-tiba berdiri melepas rangkulannya. Ia berbalik sebentar, kemudian mengeluarkan sekuntum mawar merah. Sang gadis terharu dibuatnya. Diraihnya tangan sang gadis dan mengecupnya lembut. Lantas, memberikan bunga mawar yang baru dibelinya tadi pagi.

Semua orang bisa melihat dengan jelas, bulir-bulir air meluncur dari mata sang gadis. Bukan karena lelaki itu melukainya, tetapi justru karena ia yakin ia telah menemukan lelaki yang tepat. Lelaki yang bisa menjadi sandarannya saat dirinya lelah. Lelaki yang bisa menghandirkan warna dalam kehidupannya. Lelaki yang berada disampingnya, yang tengah mengelus rambutnya.

Lihat yang disana, sepasang suami-istri duduk berdampingan. Sang suami mengelus perut sang istri, yang sedang mengandung 7 bulan. Anak mereka. Permatanya. Guratan-guratan wajah mereka memancarkan kebahagiaan. Sang suami mengecup perut sang istri dan perlahan mencium pipinya. Sang istri tersenyum melihat suaminya yang terus-menerus mengelus perutnya. Dirinya mantap mematangkan pilihannya untuk menikah dengan pria yang berada disampingnya itu. 

Kemesraan mereka membuatku ikut terciprat kebahagiaannya. Tepat sudah 3 tahun mereka menjalani kehidupan berumah-tangga. Terkadang mereka terpisah jauh, entah karena pekerjaan atau urusan lain. Namun mereka senantiasa bergandengan tangan menjalani hari demi hari.

Aku bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari kedua pasangan itu. Ini bukan mengenai harta atau pun kecantikan fisik. Juga bukan tentang ketenaran atau profesi. Tapi ini mengenai cinta yang dipenuhi oleh rasa kesetiaan dan saling memercayai.

Cinta itu bukan tentang apa dan siapa. Tapi mengenai bagaimana bisa memberikan kasih sayang yang tulus kepada orang yang dicintai. Bukan tentang kapan dan dimana. Tapi mengenai alasan mengapa cinta itu bisa tumbuh. Sebuah alasan yang mungkin belum ditemukan jawabannya. Sebuah alasan yang takkan ditemukan, sebab cinta datang begitu saja, tanpa izin.

Sekarang, lihatlah kedalam hatiku. 

Apa daya.

Kau berada sekian kilometer jauhnya dariku. Tak berkuasa menggenggam tanganmu atau pun sekadar bertatap muka. Aku hanya bisa melihat wajahmu yang terpampang diselembaran foto. Sebatas bertegur sapa dan bercakap melalui pesan. Entah itu ucapan selamat pagi, ucapan tidur, rasa peduli, cinta, kecupan. Semua itu hanya bisa dituangkan dalam bentuk pesan.  Tak lebih. Tak kurang. Sekali dua kali bercakap di telepon. Mungkin hanya saat itu aku berkesempatan mendengar suaranya.

Kisah ini menceritakan aku dan dia, pasangan yang kesulitan untuk bertemu satu sama lain.


Aku ingin kita bisa menjadi sepasang kekasih yang saling melengkapi. Mengisi kehampaan dalam diri kita masing-masing juga melewati terpaan badai bersama. Bukankah kita harus belajar dari pengalaman orang lain?

Rindu mengapit kami disela-sela jarak yang terbentang.

Kasih, kau setia bukan?

No comments:

Post a Comment