19 April, 2015

Jika Kamu Pangeran


Jika kamu pangeran itu …
Mungkin memilikimu hanya akan menjadi sebuah angan. Sebab, aku hanyalah rakyat jelata yang bahkan tak pantas mencintamu meski secara diam-diam.

Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin kau menjadi satu-satunya yang ada di sini, menemani saat aku sepi dan sendiri. Aku ingin kita menjadi sepasang merpati yang terbang bebas di angkasa luas nanti.

Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin kau bisa menerimaku apa adanya. Mungkin aku bukan seorang putri yang berasal dari keluarga bangsawan. Tapi aku akan menjadi seorang gadis yang setia mencintaimu selama aku masih berada di dunia ini.

Jika kamu pangeran itu …
Mungkinkah kau akan membawa ku pergi ke tempat kebahagiaan berada? Sesungguhnya bukan itu yang aku impikan karena hanya dengan bersamamu saja aku sudah sangat bahagia.

Jika kamu pangeran itu …
Bolehkah aku menggenggam erat tanganmu? Aku ingin bisa terus bersamamu dan menghabiskan sisa hidupku denganmu. Karena mencintai dan dicintai olehmu, aku bisa menggenggam erat kebahagiaan.

Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin kau menuntunku keluar dari kehampaan. Aku ingin kau menuntunku ketika aku tersesat dan melewati jurang kegelapan. Karena yang aku tahu kau adalah penuntun hidupku.

 Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin menghadiahkanmu sebuah cinta yang tulus. Aku tidak menuntut untuk menerimanya. Namun biarkan aku merasakan cinta yang takkan ku beri kepada yang lain.

Jika kamu pangeran itu …
Aku ingin ada suatu saat dimana aku dan kamu bersama-sama merajut kebahagiaan di masa depan.

Meski kamu bukan pangeran itu …
Akankah kau menjadi pendamping hidupku?


Dari gadis yang mengagumimu.


Author: Stefani and Viby Diana

05 April, 2015

Sebuah Kisah yang Belum Usai


Musim hujan akan selalu mendatangkan kesejukan. Disertai kenangan-kenangan yang belum hilang dimakan waktu. Ingatan itu berkeliaran di pikiran. Enggan menghilang dan justru merajam hati.

Kala itu adalah bulan keempat. Hampir sama seperti hari ini. Duduk dalam diam tanpa ditemani oleh siapapun. Aku memperhatikan sosok itu, yang dua belas bulan lalu telah berhasil merenggut kebahagiaanku.  Semuanya masih terasa sama. Senyumnya, keriangannya, ataupun kekonyolannya. Namun kedamaian lenyap begitu saja, mengingat cinta yang sudah diambil ahli olehnya.

Ternyata cinta itu memang indah. Tapi menyisahkan luka bagi yang kalah.

Aku memperhatikannya diam-diam. Berusaha sebisa mungkin agar kecurigaan tidak muncul. 

 “Sedang apa kamu disini?” Aku dikejutkan oleh suara yang tak lain adalah temanku, Lucy.
Dia langsung duduk disampingku dan menyesap minuman yang sedang dipegangnya.

“Kau mengagetkanku saja,” pandanganku kembali menuju kedepan. Namun, aku tidak berhasil menemukan sosok itu. Sebersit kekecewaan muncul dari dalam benakku.

“Ayo kita pergi ketempat lain!”  Lucy bangkit dan berjalan menyusulku.

“Eh, mau kemana?”