23 December, 2014

Kembali

Aku kembali.
Setidaknya itu adalah kalimat pembuka yang cukup menyenangkan. Ratusan jam sudah berlalu dan sekarang aku kembali. Aku datang memadatkan sekian cerita. Meraciknya dengan bumbu penuh cinta. Dan menyajikannya untuk mereka yang meminta.


Itu semua berawal dari ketidaksengajaan.

Siapa dia? Aku belum mengenalnya, setidaknya beberapa waktu lalu. Kami dulu hanya sepasang remaja yang saling menyembunyikan identitas. Menyimpan cerita dalam diri masing-masing dan enggan untuk berbagi. Lagipula, untuk apa aku angkat bicara? Apa peduli dirinya tentangku?

Lalu siapa yang bisa mengira orang yang tidak di kenal sekarang menjadi berharga?

Waktu memang akan memperjelas segalanya.

Suatu saat, dia menunjukkan lengkungan dibibirnya. Manis, mungkin gula pun kalah dengan kemanisannya. Aku diantarkan pada keadaan yang tenang dan damai.


Perbincangan itu dimulai. Dia menyajikan banyolan dan menenggelamkanku dalam lautan tawa. Aku yakin dia adalah pelawak yang handal. Aku dibasahi oleh kenyamanan. Rasa yang sudah lama ku singkirkan, pulang.

Jarak kami hanya terpaut beberapa jengkal. Ah, mengapa dia gemar sekali tersenyum? Aku bisa terus menatap dirinya jika dia tetap seperti itu. Aku mencoba menelaah maksud senyuman itu. Adakah cinta didalamnya? Adakah rasa yang sama di balik tawa renyahnya?

15 December, 2014

Tak Terbalas

"Sebab cinta tidak memandang siapa atau apa. Cinta hanya bisa berlabuh sesukanya, tanpa sebuah aturan." -Dien Ilmi

Bukan kita karena aku yang terlalu berangan. Bukan aku karena cinta yang menuntunku. Mengantarkanku masuk dalam perangkap. Mendorongku jatuh hingga tak bertenaga untuk bangkit. Aku muak dengan cinta.


Memang aku tak pernah memiliki garis hidup untuk menyimpan rasa ini.

Aku mencoba mengarang kisah yang lain. Memadamkan bara-bara api yang sudah menghanguskan kebahagiaanku. Menyisipkan cairan pembersih yang mampu mensterilkan pikiranku dari kenangan akan dia. Aku sedang menunggu. Berdiri mengantri untuk cinta yang ku harapkan. Namun pupus. Kenyataan mendendangkan ketidakdukungannya. Menolak mentah-mentak seluruh pengorbanan yang ku kerahkan. 

Percuma.

13 December, 2014

Akhirnya Jatuh Cinta

Ada kalanya kita akan melupakan dan dilupakan.
Ada kalanya kita dipertemukan dan dipisahkan.
Hingga tersisa kenangan yang membekas pada kehidupan kita.

Benar, waktu bisa membantu. Bukan perihal yang mudah hingga akhirnya bisa memutuskan. Ketika hati bisa kembali dan menyuburkan rasa-rasa yang sudah lama mati. Butuh proses agar siap lepas landas dan mendarat selamat di tujuan.

Aku cemas.

Dia datang menyuguhkan secangkir lelucon yang mengundang derai tawa. Tak henti-hentinya mengalirkan kenyamanan.

Pikiranku nakal membayangkan wajahnya. Mengasah lagi cinta untuk ditancapkan tanpa nestapa. Aku rindu suaranya yang menenangkan batinku.

Berlama-lama aku menegur hati, tak boleh lagi menangisi kenangan. Dan dia sudah sedikit banyak mengulurkan bantuan. Mengingatkanku akan dunia yang indah karena cinta.

Ya. aku aku bahagia bisa kembali mencinta.

Cinta itu hadir dengan sejuta kejutan. Menghadiahkanku kegembiraan yang luar biasa. Aku tahu ini bukan jawaban yang salah. Karena benar, aku akhirnya jatuh cinta.

11 November, 2014

Dia yang Tak Lagi Sama

Tidak lancar, tapi begitu indah.
Tidak lama, namun berharga.
Tidak hilang, masih terukir kekal.
Tidak banyak yang tersisa, hanya sebuah kenangan manis.



Mungkin aku sudah berada di luar jarak pandangmu. Tapi mataku begitu egoisnya ingin melihat dua matamu yang melengkung manis. Bagaimana mungkin? Tawaku mereda konyol sebab itu takkan pernah terkabulkan.

Kamu yang tak lagi sama, sudahkah melupakan kejadian satu setengah tahun lalu?

Pikiranku sangatlah handal dalam memilih kenangan. Dan aku tak bisa berbuat banyak. Satu, dua kali senyuman mengembang. Namun isak tangisku mengalahkan segalanya. Aku dibutakan oleh indahnya kisah kita, yang sudah sepantasnya diabaikan. Hingga lupa akan masa yang sudah jauh berada dibelakang.

Kenangan itu, seberapa pahitnya, pasti akan menyisahkan sebuah kerinduan.

Aku memilih termenung dalam diam. Sepertinya aku benar-benar payah untuk melupa.

Kamu yang tak lagi sama, apakah salah bila aku tak bisa melupakanmu?

21 October, 2014

Hampa Tanpa Kebahagiaan


Malam terasa begitu sunyi
Senyap
Tak terdengar sedikit pun candaan
Kalut
Mendatangkan kesepian yang mendalam

Badanku menggelepar kehausan obat
Zat haram mengalir dalam setiap tetes darahku
Seluruh tubuhku berlumuran dosa karenanya
Seiring dengan banyaknya pil-pil
Yang bergantian ku teguk di sepanjang hidupku

Aku berjalan menyusuri lorong-lorong gelap
Dengan isak tangis perih merintih
Selangkah demi selangkah
Mendambakan sebuah kisah indah yang berakhir indah

Kemana perginya kegembiraan itu?
Lidahku kelu untuk mengejanya
Bahkan aku tak lagi mengenal

Ditengah kepahitan yang mendera
Hening
Mengais kepingan-kepingan kebahagiaan yang tersisa

Bahagia itu fana bagiku
Sengsara benar ada padaku
Merindukan hangatnya kebersamaan keluarga
Melenyapkan segala angan dan cita
Ah …
Hancur sudah impian yang telah lama ku bangun

Aku hanya menjadi serpihan debu yang tak lagi berarti
Kehilangan akal daya
Hidup diantara organ tubuh yang digerogoti obat
Meratapi sisa umur yang cepat berkurang
Hingga akhinya mati sia-sisa

Hampa tanpa kebahagiaan

2014
Stefani

20 September, 2014

Sepucuk Surat Untukmu


Hai, apa kabar? Lama tak jumpa atau bertegur sapa mungkin? Masih bersarangkah namaku disana? Aku sudah menyudutkan semua pertanyaan yang datang tanpa izin.

Surat ini dituliskan khusus demi menyampaikan sebuah cerita. Kusut memang, namun biar kuluruskan untuk kau pahami. Jangan menyela, kisah ini tak seberapa panjang.

Sederhana saja. Ini mengenai perasaan. Sebuah keadaan dimana jantungmu bertingkah tak karuan dan paru-parumu lupa bagaimana cara mengambil oksigen. Anehnya, tak ada rasa tersiksa di balik gejala itu. Melainkan tersusun berbagai rangkaian peristiwa dengan rapi dalam ingatanku. Indah.

Mungkin kamu akan bertanya-tanya mengapa gejala itu datang. Tapi percayalah, aku juga melakukan hal yang sama.

23 July, 2014

Yang Belum Menampakkan Diri

Sebenarnya, keyakinanku akan bahagia memeluk erat cinta sangatlah menggebu. Hanya saja sebuah kisah lama telah menindihnya. Membuat diriku terlalu ragu untuk kembali mencinta.

Rindu menggeram kuat, tak rela membiarkanku memojokkan dirinya. Aku masih memiliki rindu itu. Persis seperti sedia kala, sebelum ada cekcok juga kejanggalan yang menciptakan jarak diantara kita. Namun keadaan seakan tak memberi izin kepadaku untuk menyimpannya. Cerita telah lama berhenti dilanjutkan. Tidak akan serasi bila merindukan hal yang bahkan tidak pantas kau sayangi.

Ketika rindu berangsur reda, kenangan tetap saja menyeruak dan menggembalikan rindu pada posisi awal. Mempertandakan usaha-usaha yang ada hanya bisa menambah kelelahan.

Aku kembali diingatkan pada keyakinanku. Bahwa cinta pasti akan bertemu dengan kebahagiaan. Aku tahu dan mengerti cinta sangat merindukan kebahagiaan. Namun bagaimana cara untuk merindukan sesuatu yang bahkan belum tiba?

Sembari aku belajar menutup kisah lama yang telah berdebu, aku menunggu kebahagiaan itu pulang kesini. Menanti seorang yang lebih baik, yang belum mempertunjukkan dirinya.

19 July, 2014

Adakah Pembalasan?


Kalau saja cinta tak tersangkut pada kita, mungkin saja aku akan kehilangan semua kisah paling menakjubkan yang pernah ada. Kelewatan untuk mengalami jantung yang berdetak seenaknya sendiri. Melemahkan mata tergesitku sewaktu menangkap rupa bayangmu.

Bukan kita namanya jika tidak sempat bercinta. Bukan sejati sebutannya jika mengabaikan ucapan setianya. Hingga perpisahan mengenaskan akhirnya menghampiri hubungan terindah dan termanis di masa hidupku.

Aku bertekad melumpuhkan kerja otakku untuk mengingat. Aku bertekad menjaga keutuhan hatiku yang terlanjur terbagi dalam banyak bagian.

Namun, bagaimana caranya untuk mengabulkan kedua permohonanku? Dimanakah aku mampu memperoleh sebutir obat pelumpuh ingatan dan menyewa jutaan pengawal? Mustahil adanya doa ini boleh terwujud.

Pencarian dan usaha semakin giatku kerahkan. Belum ada pembujuk yang berhasil menggagalkan rencanaku. Aku masih berapi-api mencoba mengorek dunia. Serentet kalimat pemusnah semangat kian berdatangan dan memotivasiku agar berhenti.

09 July, 2014

Juga Karena Dia


Adakah kisah lain yang berjalan lebih mulus?
Adakah takdir yang mampu menyatukan kita kembali?
Adakah kamu yang hanya menyerahkan seluruh cintanya untuk diriku seorang?

Tidak akan lagi ada mimpi untuk menempuh akhir hayat bersama. Sirna begitu mudah oleh simpangan yang kau ciptakan. Membelokkan cinta kepadanya yang memperkenalkan diri dengan pesona yang menakjubkan.

Hingga selang waktu yang sangat singkat, kau memihak kepada dia. Meninggalkan diriku, dengan sebuah akhir yang terlalu dipaksakan untuk berhenti.



Aku menunggu. Menaburkan harap sembari duduk di ujung jalan. Aku terdiam. Menyaksikan semua tingkah menggelikanmu dalam merayu wanita. Aku menyesal. Tak berdaya membiarkan diriku tersiksa akan cinta yang disia-siakan.

Itu dulu.

02 July, 2014

Sebutir Air Mata di Malam Lain

Ini bukan mengenai siapa-siapa. Hanya kau dan aku yang mulai menempuh kisahnya sendiri. Ini tak seberapa penting. Tapi sebuah kisah di kala dulu terus membeku pada ingatan. Meninggalkan sejumput perasaan dengan kebahagiaan yang sudah kehilangan daya.

Sudah bermusim-musim rindu memutuskan untuk menetap. Mengaduk segala rasa hingga berkecamuk dan terus-menerus membuncah. Rindu tak akan pernah lenyap bahkan saat pertemuan itu hadir. Hingga sekarnag mendambakan ribuan skenario yang tentu saja tak akan pernah terwujud.


Rindu begitu meyiksa. Terlalu egois, ketika kudapati rasa ini hanya sia-sia. Dia menganas, semakin liar, dan mendorong butiran bening dari mata. Menetes, lalu mengalir, melegakan sebuah hati yang dilanda kerisauan.


25 June, 2014

Terjebak Dalam Cinta


CINTA
Cinta itu indah
seperti warna pelangi yang sangat terang
Cinta membuat hidup kita bahagia
karena hidup dipenuhi oleh cinta dan kasih sayang

Ya
Cinta, cinta, cinta, dan cinta
Mengapa hidup itu selalu dipenuhi oleh cinta?

Aku pikir : 'hidup itu akan lebih indah, damai, dan sejatera,
jika hidup tanpa cinta.'
Tapi kenyataannya : 'hidup itu akan runyam, kacau, dan tak berarti,
jika hidup tanpa adanya cinta.'
''Kita tak dapat hidup tanpa cinta dan kasih sayang.''

Dengan datangnya cinta, kita dapat tersenyum
Tetapi, dengan kepergian cinta, membuat kita rapuh, menderita, dan menangis
Menangis, menangis, menangis, dan terus menangis

Cinta yang dapat membuat hatiku berbunga-bunga
Tetapi, cinta juga yang dapat membuat hatiku hancur berkeping-keping

Sungguh
Hati ini tak dapat bertahan, jika tanpa cinta

Cinta yang bertepuk sebelah tangan,sangatlah menyakitkan
Jika mencintai, tetapi tidak dicintai
Apalah arti hidup ini, Jika tanpa ada cinta?

Cinta yang datang dan pergi
seperti angin yang meniup dedaunan yang telah gugur dan berjatuhan

Cinta yang dibuat dengan janji-janji palsu
Sebuah janji yang tak dapat ditepati
yang hanya membuat harapan dah hayalan kosong

Cinta itu seperti sebuah senapan panah yang sangat beracun
Yang dapat menusuk bahkan mematikan seseorang
Cinta juga seperti sebuah pisau yang sangat tajam
Yang dapat memutuskan sebuah tali percintaan
yang menghubungkan kedua hati yang saling mencintai

Sebuah senapan panah yang beracun
dan sebuah pisau yang sangat tajam
dapat membuat kedua hati yang saling mencintai terbelah menjadi dua

Putus cinta
Itulah hal yang sangat menyakitkan
Seperti sebuah penyakit yang sangat sulit untuk diobati
Cinta datang dengan sangat manis dan keluar dengan sangat pahit

Walaupun seperti itu, aku akan menunggu dan akan terus menunggu
Menunggu agar cinta itu datang kepadaku
Aku akan terus menanti, hingga saat itu tiba dan menjadi nyata


2011
Author: Filbert, Helen Revina, Jevica Sasqia Layadi, Ivinni Pratiwi, Stefani

Hidup


Hidup
adalah sebuah anugrah dari tuhan
Satu Anugrah yang tidak boleh kita sia" kan

Karena hidup,

kita bisa bernafas
kita bisa bergerak
kita bisa makan
kita bisa minum
dan kita bisa melakuakn segala hal

Karena hidup

kita bisa bersuka cita
bercanda ria dengan sesama
mempunyai orang tua dan keluaga yg menyayangi kita
mempunyai sahabat yang peduli kepada kita
mempunyai teman dan guru yang baik kepada kita

dan karena hidup kita juga berduka cita

sedih 
menangis
membuat kita mundur dan putus asa

sabar dan tabahlah

Jangan cepat menyerah
Jangan cepat putus asa
Jangan cepat mundur

Tapi, Kita harus menghadapi semua cobaan itu

Hadapi dengan lapang dada
Hadapi dengan suka cita
Hadapi dengan kejujuran
Karena Tuhan itu maha adil
Semua cobaan itu pasti akan berakhir dengan kebahagiaan, jika kita selalu berusaha dan percaya kepada Tuhan


Stefani, 2011

Aku


Aku
aku adalah manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan

manusia yang rapuh
yang kapan pun
dapat meneteskan air mata

manusia yang memiliki kehidupan
dan warna yang berbagai macam
yang selalu diliputi suka dan duka

kesenangan membuatku tersenyum
kesedihan yang membuatku menjadi lebih tegar
dan sebuah masalahlah yang menjadikanku lebih dewasa

inilah hidupku
hari-hari ku lewati dengan senyuman
disaat sedih maupun senang

aku adalah aku
dan kamu adalah kamu
aku tidak dapat berubah menjadi kamu
dan kamu juga tidak akan dapat berubah menjadi aku

inilah aku apa adanya
yang tak akan dapat berubah
menjadi orang lain

2011
By: Helen Revina, Jevica Sasia Layadi, Ivinni Pratiwi, Stefani

20 June, 2014

Seorang Gadis


Disebuah laut yang kehilangan birunya, ombak dan arus saling berkombinasi memecah karang. Angin laut mengacak rambut hitamku yang sudah ditata rapi. Aku seorang diri duduk di hadapan mentari yang mulai menampakkan wujudnya. Semburat cahaya jingga menyilaukan berhasil menarik perhatianku. Tak ada yang lebih menyenangkan selain menghibur diri, disini.

Aku seorang gadis yang senantiasa merindukan datangnya kebahagiaan. Bulatan sinar ini berhasil menyetorkan sedikit banyak ketenangan dalam batinku. Aku seorang gadis yang haus akan kehangatan cinta. Namun,belum terbersit sekalipun untuk kembali jatuh. Benar adanya bila aku belum merelakan. Terlampau takut untuk membebaskannya.

Menunggu Untuk Apa?

'Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh' -Kahlil Gibran



Cinta berwujud indah, namun terlalu liku untuk kita lalui. Bersama menerjang badai, menggenggam seonggok kesetiaan. Katamu, aku begitu berharga bak emas dua puluh empat karat.

Disela waktu luang, kau sempatkan untuk menengok emasmu. Membelainya dan menikmati kilaunya senyumku. Hingga suatu sore yang belum larut, aku manggut-manggut saja saat kau meminta untuk menunggu.

"Menunggu untuk apa?" Tanyaku.

13 June, 2014

Satu yang Telah Tiada

Ada satu yang terus menyemangati. Ada satu yang senantiasa menemani. Ada satu yang tak berhenti menghibur. Hanya satu, yang telah tiada.


Aku mencoba menggelabui kenyataan. Melukis sebuah cerita nan indah antara kau dan aku. Menghancurkan takdir yang seakan tak berkenan. Menyusun sebingkai lagi. Yang elok di pandang, berkesan di kenang, dan tersentuh 'tuk di rasakan.

Apa ini yang selalu dipuja banyak orang?
Apa ini yang senantiasa membuat kami semua terlena?
Apa ini cinta, yang ku akali dengan berjuta strategi?

Semua ini mengujiku.

Tubuhku gemetar. Keletihan telah menjalar disetiap inci rangkaku. Aku menahan hasrat untuk berbalik. Jangan, mimpi ini tak boleh kandas. Aku oleskan lagi setebal mungkin keceriaan pada wajahku.


Seberapa jauh lagi ujian waktu ini harus ku arungi?
Tak adakah takdir yang lebih indah?
Apakah takdir teledor menentukan arah?

Beberapa kali pun aku mengelak, hanya ada asa yang diperoleh. Aku pun cukup berhak merendam tangis.

Ditemani sebatang pelita harap, aku menanti tadirku dengan dia, satu yang telah tiada.

10 June, 2014

Kisah Buram


Saraf pusatku tertindih. Mengerang kesakitan atas kenangan indah yang terbalut. Mereka, berbondong-bondong mampir mencoba menenggelamkanku. Mengembalikan sebuah ingatan yang terlalu kuyu.

Aku mendambakan sebuah akhir yang mengundang haru. Menginginkan kehangatan kasih diantara kita. Menghidangkan khayalan yang semestinya terwujud. Yang akhirnya, hanya seribu penyesalan yang tetap bertahan

Kita, yang sepantasnya bersama, hanya mampu mengarungi setiap ombak yang datang tanpa menekuni hikmat yang ada.

19 May, 2014

Segelintir Rasa yang Kembali

-Seraya memejamkan kedua mata, aku menggali lagi ingatanku akan kita.-



Mengenang. Mengangan. Menangis. Rasa lelah sudah menyelumuri. Tanpa hasil dan khayalan yang terkabulkan.

Termenung-menung, pikiranku melayang. Hati yang sudah lama terluka parah mulai mengadu mulut dengan otak. Kumohon, jangan tambahkan luka lagi. Sudah terlalu banyak kepahitan yang ditanggungnya seorang diri, karena cinta.

Rasa itu sudah lama mati. Rasa itu sudah lama bersembunyi. Mungkin inilah waktunya. Tiada yang bisa bertaruh bila rasa itu kembali sekarang. Bukan seutuhnya memang, hanya segelintir rasa rindu.

17 May, 2014

Berserah

-Untuk apa kau kembali? Jangan pergi lagi, inilah anganku yang kau wujudkan.-



Kehadiranmu, bukan lagi hal yang ku impikan. Ini sudah menjadi nyata. Semua rasa-rasa rindu yang sempat bergumul di pelupuk hatiku tertahan. Air mata yang biasanya aku sembunyikan terjentikkan. Waktu, tolong berhenti. Abadikan moment terbahagiaku ini.


16 May, 2014

Bagaikan Musim

-Secepat itukah kau berubah? Tolong bantu aku mematikan rasa ini.-


 

Kristal bening tak henti-hentinya meminta untuk keluar. Dia sudah berhasil membuatku kacau, lagi. Gejolak rasa itu memang kembali berkunjung. Dan kurasa, itu bukan sepenuhnya adalah kesalahan.

15 May, 2014

Belajar Melepas

-Detik dan detik waktu yang tersisa untukku, masih diiringi oleh bayang wajahmu.-

Kegilaan ini hampir saja menenggelamkanku dalam lautan duka. Aku belum mampu melepaskan dirinya, sungguh. Masih ada seutas tali yang mengikatku dan ini cukup membuatku resah.

Bodoh memang, karena tekad yang belum lama ku tekuni sudah roboh tanpa hasil yang memuaskan. Aku butuh satu saja alasan akurat agar bisa merelakannya.
Setiap kali aku mencoba menyebrang ke arah lain, hanya kegagalan yang senantiasa membawaku masuk ke dalam kegelapan. Bagaimana bisa aku berpindah dengan mudah? Kapan aku boleh menoleh ke arah yang lain? Mengapa kau seolah menjebakku sedari awal? Apakah ini akhir yang kau rancang? Puaskah?

13 May, 2014

Pergilah

Waktu telah berangsur-angsur terisi penuh dengan banyak cerita dan bodohnya aku kembali terjebak dalam sebuah permainan cinta yang kau rakit. Kau menyebutnya permainan unik yang mampu menyayat hati mungilku. Kau senang memainkannya? Aku tidak.


Sudah lama aku menanti kedatangan seorang pangeran yang akan mengandengku masuk ke dalam kereta kuda, menari bersama diiringi musik dansa, dan tinggal bersama dalam istana megah di tengah kota. Ketika ku melihatnya, pipiku merah merona, dan ketika aku mendapatkannya, mimpi itu seolah kabur. Pergi entah kemana, tak ingin beralih menjadi kenyataan.

Kau hanyalah seorang pangeran gadungan. Lalu aku dengan mudahnya memberikan seluruh hatiku kepadamu tanpa sedikit pun menyadari sebuah belati berkarat di samping sakumu. Apa gunanya itu? Mengoyak hatiku? Rencana payah.

Hatiku memang sudah terpecah belah dan hancur tak berbentuk karenamu, bahkan sebelum kau berhasil menghunus bilah pisau itu. Kau pergi, menjauh, dan meninggalkanku sendiri dalam tempat senyumanmu.

01 May, 2014

Rela

-Dengan bintang yang tak kenal lelah untuk menerangi malam, aku menunggumu bersama harap yang kian menipis-

Tiada lagi hal yang patut aku takutkan, kau sudah bahagia dengan kepergianku yang tak lagi pantas berada disisimu. Kabar itu memang seakan merapuhkan hatiku yang sudah tak berbentuk lagi. Dan kau semakin menambah luka yang sudah dirasakannya jauh hari. Meskipun pahit, aku tetap akan menanggung semua resiko.


Aku sudah berusaha merajut satu per satu kepingan hatiku dan menyatukannya kembali. Bukankah itu adalah hal yang bagus bila aku mencoba menyerahkan hasil rajutan ini kepada peminat lain? Namun, aku terlalu terpuruk dengan masa lalu tak tak henti-hentinya meremehkan diriku.

30 April, 2014

Cinta Tak Berujung


Aku belum pernah mengenal rasa ini atau pun berusaha menyelidikinya. Aneh, aku tidak mengerti. Apa ini yang namanya cinta? (S)

Cinta itu tidak dapat digambarkan atau pun diungkapkan. Saat kita merasa ada yang menarik tanpa alasan, itulah cinta. (V)

Walaupun aku tidak tahu apakah cinta, tapi aku tahu bahwa ada sesuatu pada dirimu. (C)

Sesuatu yang tidak dapat kau ungkapkan dengan kata-kata. (J)

Lalu, apakah aku pantas merasakannya? Disaat hatiku yang masih rapuh akan kisah sebelumnya. Aku belum siap memulai yang baru. Aku belum siap menerimanya kembali. (S)

Jikalau terjebak di kisah yang merapuhkan hati, akankah kau menyerah untuk membuka lembaran baru? Siap atau pun tidak, perkenalkan, namaku cinta dan aku akan menghampirimu. Tunggulah. (V)

Sampai kapan aku harus menunggu? Aku sudah lelah. (J)


26 April, 2014

Mantan Terindah


Bila saja mentari lupa untuk terbit, aku masih ingat akan sosokmu yang sempat menjadi bagian penting dalam hidupku. 
Bila saja mentari akan segera tenggelam, rasa itu tidak akan lenyap sepenuhnya bersama waktu.

Pikiranku sedang berlari-lari cepat. Kesana-kemari, mencari satu-dua topik yang hendak direnungkan. Bukan kurang, melainkan terlalu banyak hal yang harus diluruskan.

Pada akhirnya, sampailah pada sebuah materi yang tak sederhana. Batinku memaksa dan memerintah untuk membahasnya. Cinta. Bahkan aku tak yakin dengan definisi rasa itu sendiri. Pantaskah aku melanjutkannya?

18 April, 2014

Tak Terpisahkan


Jika mentari berhenti bersinar, maka saat itulah kebersamaan kita akan redup.
Jika laut kehabisan air, maka saat itulah kita kekurangan detik untuk menderai tawa.
Jika warna pergi meninggalkan pelangi, maka saat itulah aku juga akan beranjak pergi dari kehidupanmu.

Belum pernah ada orang yang setia menemani layaknya dirimu. Ku tahu tidak ada secuil pun keinginan untuk membiarkanku sendiri. Bahkan meskipun aku tak meminta, kau tak sungkan datang menolong.

Rintangan rumit, jalan berliku, beban berat, bukan penghalang yang mudah untuk dilewati. Tapi lihat, kita melakukannya. Dengan bergandengan tangan, dengan penuh keyakinan, dan dengan rasa persahabatan. Tiada yang tidak bisa kita selesaikan, asalkan tetap bersatu.


14 April, 2014

Diam


Perasaan tak bernama kembali menyerang sebagian sarafku. Aku pun terpaksa harus kembali menghadapi virus-virus ganas ini seorang diri. Tanpa seorang penyembuh, perawat, dan juga dirimu.

Aku tak pernah mengenal dan tahu apa sebab virus itu mendatangiku. Pembalasan dendam, mungkin. Aku belum mengerti.

Dia mampu dengan cepat berkembang, membesar, dan lenyap begitu saja dengan merenggut partikel kebahagiaan dan membawamya kabur. Hanya itu yang aku dapat dari pengalamanku.

Percikan-percikan kecil dilemparkannya dengan sengaja. Mengenaiku hingga membuatku terus terdiam dan mengambil ahli kendali pikiranku. Dia turut mematikan alat perasaku. Membuatku tidak bisq merasakan bahkan secuil pun kepahitan, kesakitan, atau pun mungkin kebahagiaan yang dipancarkan virus nakal ini.

Pikiranku berahli fungsi menjadi sebuah mesin pemutar masa lampau. Sembari tubuhku yang mematung, otakku menari ria bersama perasaan menjanggal. Lalu dengan mengendap-endap memasukan sebagian jiwaku ke dalam kotak kenangan tak teringinkan.

Tidak banyak perubahan yang terjadi padaku. Perasaan tanpa nama ini masih saja bertenaga untuk menggelapkan masa depan dan menerangkan sejarahku. Aku pun masih menjadi seorang yang payah untuk mengatur siasat untuk melawan.

Di tengah hatiku yang masih menyimpan segudang rasa dan pikiran yang masih memutarkan satu per satu kejadian, aku memilih untuk diam dan membiarkan virus menggerogotiku.

12 April, 2014

Alasan di Balik Tulisan



Menulis sudahku tekuni sejak aku menggenakan rok biru. Berawal dari sebuah rasa penasaran dan keisengan hingga menjadi sebuah makanan yang mencandu diriku. Sudah cukup banyak karya-karya yang ku hasilkan selama kurang lebih empat tahun ini. Memang pengetahuan dan mungkin kemampuanku masih sangat dangkal, namun aku tak akan berhenti untuk menggapai mimpi yang sudah lama ku genggam.

Banyak pertanyaan yang berlomba-lomba menyambar diriku, "mengapa kamu mau menulis?". Sederhana saja, aku hanya ingin membebaskan isi-isi yang rumit dan tersimpan dalam hati. Menuangkan bahagia, cinta, dendam, kepahitan, duka, dan semua perasaan ke dalam tulisan. Aku juga mampu melepaskan unek-unek yang terkubur dalam pikiranku. Lega.

Bukan paksaan, tentu saja. Ini semua berasal dari dorongan hati yang berusaha meyakinkan batinku mengenai bakat. Sejujurnya, dulu aku tak tahu-menahu akan kelebihan yang ku pegang, hingga aku menemukan rangkaian kata-kata dan paragraf ini. Sungguh ini benar-benar kegemaranku.

Disini, aku bebas berkreasi, bebas berinovasi, dan bebas segalanya. Disamping kehidupan nyata dengan akhir yang meragu untuk bahagia, aku bisa dan boleh menjadwalkan apa saja yang akan menimpa. Disamping kenyataan yang sulit untuk digabungkan dengan harapan, aku akan dengan mudah mempersatukannya.

Nyalakan perasaanmu, jalankan pikiranmu, dan gerakan tanganmu. Aku akan terus belajar dan mencoba menghasilkan hasil yang terbaik.


09 April, 2014

Sekadar Harapan

Tidak ada yang bisa mengubah sejarah. tidak ada yang bisa membohongi maksud hati, tidak ada lagi harapan untuk kembali menjadi kita.

Helaian kenangan yang masih terhubung dengan ingatanku tak menyerah untuk melumpuhkan kegembiraanku. Kerap menumbuhkan secercah harapan dan menjatuhkan ku ke dalam lautan kesedihan. Dia membuatku kembali di ikat dengan tali-tali cinta, mendiamkanku di balik jeruji besi kesengsaraan dengan rantai yang membelit kaki.



Aku hanya bisa terbujur kaku menikmati masa-masa ini. Hening. Loncatan-loncatan detik dari jam dinding mengisi ruangan ini. Juga di temani dengan desiran air mata yang tidak berani meninggikan suaranya.



Memang, aku sungguh terluka dan tersakiti oleh semua sikap kasar yang kian kau tunjukkan. Tapi sadarkah kamu aku masih berusaha untuk kuat demi dirimu?

Harapanku hanya ingin kembali dapat masuk ke dalam hatimu. Sekadar harapan yang tidak mungkin menjadi nyata.

05 April, 2014

Kembali Untuk Pergi

Disaat aku mulai melupa, selangkah demi selangkah kau menghampiriku.
Sewaktu rasa itu kembali, seonggok harapan terbenam bersama matahari.
Dan ketika matahari itu hendak terbit, semua angan telarut dalam indahnya malam.



Bila saja gendang telingamu mampu menangkap setiap kata yang terucap dari hati, maka tiada sakit hati. Setiap kondisi kian mendorongku untuk berucap dusta. Aku tak ingin menerima kenyataan yang telah tertuju padaku, hanya ini yang menolongku untuk menghindar.

01 April, 2014

Cinta Terlarang

Saat semua sudah terlepas, aku belum sepenuhnya merelakanmu. Desiran harapan masih terasa di pelupuk hati dan tak ada yang mengabulkannya. Bukan salah kita, memang aku dan kamu tak sepantasnya disatukan.




Cinta terlarang. Siapa menginginkannya? Satu pun orang di dunia ini aku tak yakin ada, termasuk kita. Mengapa seluruh cinta terkutuk ini masih saja terus menempel di pinggiran hatiku? Belum puaskah menyiksa?

Tolong, bangunkan aku dari semua mimpi buruk ini! Katakan bahwa kita bisa bersatu, katakan!


Tak pernah secuil pun terlintas dalam pikiranku akan ada tantangan serumit ini. Aku serasa dijatuhkan ke dalam jurang curam, dalam, gelap, dan menakutkan. Hingga tidak ada harapan untuk kembali ke atas permukaan, pulang kerumah, dan kembali dalam dekapanmu.

Diamkan aku di sini, jangan berusaha mencariku! Aku hancur, sangat.

29 March, 2014

Kehilangan


Pelita yang bersinar terus menerangi ruangan yang gelap gulita ini. Semakin lama semakin redup dan kian habis. Minyak menguap pergi ke udara dengan mudah tanpa sedikit pun beban yang di genggam. Pelita pun sekarat. Cahayanya sekarang hampir menyaingi gelapnya ruangan kosong ini. Hingga hanya tersisa kegelapan yang menggelitik hati.

Itulah kamu. Minyak yang tidak mendapatkan sebuah hati nurani semenjak kau lahir. Perasaanmu telah terkutuk sekeras batu. Tak peduli apa yang akan menimpamu nantinya. Tak peduli seberapa besar bongkahan pilu yang akan menimpaku.

Pelita, sebut saja itu aku. Kuat karena minyak, lemah tanpa minyak. Sekarang bagai sampah yang mengganggu kehidupan kota. Terbuang dan tak diinginkan seorang pun. Menjijikan.


'Minyak, kemana kau pergi? Aku terkurung dalam kegelapan batin. Aku butuh kamu, sangat.'
'Jangan mencariku. Pulanglah.'

Itulah perpisahan denganmu. Sebuah kehilangan yang tidak menyenangkan. Aku sudah mendapati kejadian itu berlipat-lipat kali sebelumnya. Berapa banyak aku bermimpi juga tidak akan bisa menutupi kepedihan yang merasuki hati. Perkiraanku tak sebanding dengan kenyataan.

Dan, inilah kehilangan yang paling tak aku inginkan dalam sejarah. Kehilangan sosok seperti dirimu.

Membahagiakanmu

Lihat permata itu! Begitu cantik dan menawan. Siapa tak menginginkannya? Hanya sang bodoh yang tidak menuliskannya dalam daftar. Aku akan segera memperolehnya.

Aku mencoba dan semakin ku lakukan, kemungkinan-kemungkinan yang ada semakin menciut. Pernah tersirat dalam otakku untuk berhenti dan ku yakin itu bukan pilihan terbijak. Cita-citaku belum teraih. Mana boleh aku melakukan perhentian bahkan penundaan sedetik pun.

Berbagai keputusasaan tak pernah berpikir untuk tidak menghantamku. Kegelisahan tak segan-segan unutk meruntuhkan keyakinanku.Ketakutan melumpuhkan smengant juangku. Kini, hanya khayalan yang bergumul dengan keaslian.

Lalu sekilas, senyumannya berhasil menyihirku. Tenagaku seolah terisi kembali dan penuh. Kesemapatan boleh tinggal sedikit, tapi perjuangan jangan. Aku akan mengambil setiap kesempatan yang ada. Apapun hasilnya, apapun yang akan ku terima.

Setiap kegembiraan yang terajut dalam dirinya adalah kegembiraanku pula. Tenaga akan ku habiskan demi kebahagiaanmu. Bila saja bukan aku pilihanmu, tidak apa. Aku tetap akan menjagamu meski orang lain sudah berada dalam pelukanmu.

'Kau bahagia, bukan begitu?'