23 December, 2014

Kembali

Aku kembali.
Setidaknya itu adalah kalimat pembuka yang cukup menyenangkan. Ratusan jam sudah berlalu dan sekarang aku kembali. Aku datang memadatkan sekian cerita. Meraciknya dengan bumbu penuh cinta. Dan menyajikannya untuk mereka yang meminta.


Itu semua berawal dari ketidaksengajaan.

Siapa dia? Aku belum mengenalnya, setidaknya beberapa waktu lalu. Kami dulu hanya sepasang remaja yang saling menyembunyikan identitas. Menyimpan cerita dalam diri masing-masing dan enggan untuk berbagi. Lagipula, untuk apa aku angkat bicara? Apa peduli dirinya tentangku?

Lalu siapa yang bisa mengira orang yang tidak di kenal sekarang menjadi berharga?

Waktu memang akan memperjelas segalanya.

Suatu saat, dia menunjukkan lengkungan dibibirnya. Manis, mungkin gula pun kalah dengan kemanisannya. Aku diantarkan pada keadaan yang tenang dan damai.


Perbincangan itu dimulai. Dia menyajikan banyolan dan menenggelamkanku dalam lautan tawa. Aku yakin dia adalah pelawak yang handal. Aku dibasahi oleh kenyamanan. Rasa yang sudah lama ku singkirkan, pulang.

Jarak kami hanya terpaut beberapa jengkal. Ah, mengapa dia gemar sekali tersenyum? Aku bisa terus menatap dirinya jika dia tetap seperti itu. Aku mencoba menelaah maksud senyuman itu. Adakah cinta didalamnya? Adakah rasa yang sama di balik tawa renyahnya?

15 December, 2014

Tak Terbalas

"Sebab cinta tidak memandang siapa atau apa. Cinta hanya bisa berlabuh sesukanya, tanpa sebuah aturan." -Dien Ilmi

Bukan kita karena aku yang terlalu berangan. Bukan aku karena cinta yang menuntunku. Mengantarkanku masuk dalam perangkap. Mendorongku jatuh hingga tak bertenaga untuk bangkit. Aku muak dengan cinta.


Memang aku tak pernah memiliki garis hidup untuk menyimpan rasa ini.

Aku mencoba mengarang kisah yang lain. Memadamkan bara-bara api yang sudah menghanguskan kebahagiaanku. Menyisipkan cairan pembersih yang mampu mensterilkan pikiranku dari kenangan akan dia. Aku sedang menunggu. Berdiri mengantri untuk cinta yang ku harapkan. Namun pupus. Kenyataan mendendangkan ketidakdukungannya. Menolak mentah-mentak seluruh pengorbanan yang ku kerahkan. 

Percuma.

13 December, 2014

Akhirnya Jatuh Cinta

Ada kalanya kita akan melupakan dan dilupakan.
Ada kalanya kita dipertemukan dan dipisahkan.
Hingga tersisa kenangan yang membekas pada kehidupan kita.

Benar, waktu bisa membantu. Bukan perihal yang mudah hingga akhirnya bisa memutuskan. Ketika hati bisa kembali dan menyuburkan rasa-rasa yang sudah lama mati. Butuh proses agar siap lepas landas dan mendarat selamat di tujuan.

Aku cemas.

Dia datang menyuguhkan secangkir lelucon yang mengundang derai tawa. Tak henti-hentinya mengalirkan kenyamanan.

Pikiranku nakal membayangkan wajahnya. Mengasah lagi cinta untuk ditancapkan tanpa nestapa. Aku rindu suaranya yang menenangkan batinku.

Berlama-lama aku menegur hati, tak boleh lagi menangisi kenangan. Dan dia sudah sedikit banyak mengulurkan bantuan. Mengingatkanku akan dunia yang indah karena cinta.

Ya. aku aku bahagia bisa kembali mencinta.

Cinta itu hadir dengan sejuta kejutan. Menghadiahkanku kegembiraan yang luar biasa. Aku tahu ini bukan jawaban yang salah. Karena benar, aku akhirnya jatuh cinta.