27 December, 2013

Surat Undangan

allaboutmycreations.blogspot.com
Jalan berliku-liku dan tak akan pernah sampai kehatimu
Nomor kurasa tidak perlu kau tidak akan pernah menghubungiku
                                                                                                                                                                   
No                       : Entah keberapa ratus kalinya
Lampiran              : -
Perihal                  : Undangan untuk mengetahui isi hatiku

Yts,
seseorang yang pernah dan masih bersarang
di hatiku

Berhubung hati ini selalu meraung-raung kesakitan setiap kali mengingat kejadian itu,  karena dia masih rapuh, luka itu belum terobati, hati ini tak pernah lelah memanggil namamu, karena dia terus menuntutmu untuk menyembuhkan luka itu, dan hati ini terus menyelidiki keberadaanmu, karena dia ingin menangkap dan memelukmu, maka saya ingin mengundang kamu untuk mengetahui perasaanku ini yang akan diselenggarakan pada:

hari/ tanggal           : Suatu hari nanti
waktu                  : Suatu saat nanti
tempat                 : Suatu tempat yang jauh dari kebahagiaan
catatan                 : -

Perasaan itu sudah ku lempar sejauh-jauhnya dan  ku  kubur sedalam-dalamnya. Aku terus berusaha melupakan perasaan itu, aku selalu gagal. Semakin aku mencoba, semakin aku merindukanmu. Semakin aku memikirkanmu, semakin aku menyesal. Kurasa, aku akan menjadi pecundang dalam hal melupakanmu dan menjadi pemenang dalam hal merindukanmu.

Semua ini sangatlah rumit. Aku ingin bertemu denganmu, tapi aku takut terpesona. Aku ingin berbicara denganmu tapi aku takut tidak bisa berbicara. Aku takut, terlalu takut. Mungkin aku bukan milikmu, tapi hati ini tetap menjadi milikmu.

Aku ingin kau mengetahui isi hatiku, tapi aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Mungkin kau tidak percaya akan semua hal yang kukatakan, tapi percayalah bahwa aku sekarang sedang merindukanmu. Aku tidak mengharapkan balasan darimu. Kau hanya cukup mengetahui perasaanku. Itu sudah lebih dari cukup.

Seandainya perasaan itu tidak pernah hadir. Mungkinkah kita masih bercanda ria bersama, seperti dulu? Saling bertukar cerita dan saling bertukar kata. Membagikan keceriaan, melepaskan kegelisahan. 

Demikian undangan dari saya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

1-31, Januari-Desember, Dulu-Seterusnya
Seseorang yang gagal melupakanmu


Nilai Indah dari Sebuah Kebersamaan


Aku dan kamu menjadi kita. Dulu ataupun sekarang kita tetaplah sama. Kita tetap menjadi sebuah keluarga besar. Keluarga yang sangat berharga dalam hidupku, melebihi emas dan permata. Meski jarak memisahkan kita, meski waktu menghambat kebersamaan kita, tapi kita tetaplah tetap bersama. Tak ada hal yang bisa menghancurkan kebersamaan kita yang tak ternilai harganya ini.

Karakter kita mungkin berbeda. Latar belakang kita pun mungkin berbeda juga. Tapi lihat, kita tetap bisa bersama. Saling menyayangi bahkan kukira melebihi kasih sayang kepada seorang kekasih. Kita bisa mendapatkan kebersamaan bersama kekasih dengan mudah, tapi mendapatkan kebersamaan seperti kita sangatlah sulit. Kekasihpun tidak akan menyebabkan aku meninggalkan kita.

Kita selalu bercanda bersama, tertawa bersama, bermain bersama, dan bersenang-senang bersama. Tidak lengkap rasanya bila aku hanya bersenang-senang sendiri. Kita juga selalu berbagi cerita  dan pengalaman. Tapi, tidak selamanya kita bahagia.

Kita pernah menangis bersama, bertukar isi hati , saling membantu menyelesaikan masalah, dan saling menghibur. Ada yang menjadi pembicara dan ada yang menjadi pendengar. Kita saling membantu dan melindungi. Tenang, bila kamu bersedih ada aku disini. Ada kita yang akan menghilangkan kesedihanmu.

Kita juga pernah marah. Marah karena merasa ditinggalkan, merasa dilupakan, merasa dikhianati dan merasa dijatuhkan.Tapi itu semua tidak menghambat kita sama sekali. Itu semua hanyalah sebuah cobaan yang menguji kebersamaan kita. Segala rintangan itu bisa kita lewati bersama. Menara yang kita bangun tidak akan roboh meski di terjang oleh angin kencang sekalipun. Menara itu sudah berdiri sangat kokoh, sudah kita jaga dengan baik.

Kitapun saling membangun diri kita agar menjadi seorang pribadi yang baik. Bukan hanya membangun diri sendiri tapi juga saling membangun dan mengingatkan yang lain. Meski terkadang keras kepala, tapi kita tidak henti-hentinya mengingatkan. Memang menyebalkan, tapi hasil yang kita terima menjadi lebih baik.


Satu per satu memori terekam. Menyisahkan sebuah kenagan manis. Entah kapan semua memori itu bisa terjadi kembali. Berbagai pengalaman pun  kita dapatkan yang tmenjadi guru untuk memperkuat kebersamaan kita.

Bila kamu sedih, aku ikut sedih. Bila kamu senang, aku juga ikut senang. Kita akan bersenang-senang dan menangis bersama. Kita selalu berpengangan tangan menghadapi semuanya. Meski terkadang melelahkan dan menjengkelkan tapi inilah nilai indah dari sebuah kebersamaan, persahabatan.

24 December, 2013

Aku, Kamu, dan Hujan

-Sejarah memang tidak bisa ku ubah. Namun aku sepenuhnya percaya, kaulah yang akan membantuku melenyapkannya. Aku dan kamu akan mengisi setiap lembar masa depan dengan penuh suka cita, bukan dengan kepedihan di masa lalu itu. Kita akan memperbaikinya perlahan dengan tetesan rintik hujan yang mempersatukan kita kembali.-


Pandanganku tidak lepas dari air yang menetes ini. Satu jam sudah berlalu dan aku masih memandanginya. Aku tak pernah bosan sedikit pun. Tentu saja, hujan adalah hal yang paling ku suka dari semua keajaiban dunia. Kurasa, Tuhan memang baik. Dia memberikanku seorang teman yang sangat mengerti diriku disaat tak ada yang bisa. Tenanglah, aku tidak sepenuhnya gila. Aku paham, hujan bukanlah seorang manusia yang bisa membantu menyelesaikan semua masalahku. Hanya saja, aku merasa gila karena wajah itu tidak mau  hilang dari pikiranku.

Hujan ini tidak mau berhenti mengguyur kotaku. Dia terus membasahi seluruh kota ini. Membasahi pohon, rumah, jalan, segalanya. Dan kurasa dia juga ingin membasahiku dengan kenangan-kenangan manis itu. Memang hujan yang membuatku mengingatnya tapi dia bisa membuat hatiku tenang. Tidak seperti pria itu yang kerap menyakitiku.


Kristal bening dari mataku mengalir sejalan dengan air hujan yang turun di luar. Mereka tak ingin berhenti satu detik pun. Air itu hanya ingin terus jatuh, jatuh, dan jatuh sedalam-dalamnya. Hingga mampu membersihkan seluruh ingatanku secara total akan kenangan-kenangan bersamanya.

Seketika, petir menyambar dengan kencang  dan aku juga berteriak sekencang-kencangnya. Bukan, aku tidak berteriak ketakutan tapi aku meneriakkan namanya. Tidak akan ada orang yang akan mendengarkanku disaat ini. Namun, aku ingin hati kecilnya bisa mendengar rintihan suara ini. Air mataku kembali mengalir dengan deras. Memori itu berputar sekali lagi.

Aku kembali duduk di ruangan yang redup ini, yang hanya bercahayakan lilin. Menutup mataku. Mendengarkan alunan rintik-rintik hujan. Membuat diriku sesaat melupakan segalanya. Sesaat, aku ingin kembali menjadi seorang anak kecil yang tak memiliki beban hidup, yang setiap hari selalu tertawa, selalu bahagia, bermain dengan bebas, juga bisa melupakan segala hal yang menyakitkan dengan cepat.


Aku membuka mata dan melihat hujan lagi di balik jendela. Dengan menggunakan jariku, aku menggambar sebuah hati. Hati yang berartikan cinta. Cinta yang membuat orang yang merasakannya berbahagia. Akhir bahagia yang tidak kudapatkan. Hati ini seharusnya tidak aku berikan kepadanya. Tapi, dulu, aku sangat mencintainya. Aku tidak punya alasan untuk menolaknya. Cinta itu terus saja tumbuh bahkan sampai sekarang. Aku telah berusaha sebisa mungkin untuk membohongi perasaanku. Tapi aku tidak mampu, aku masih sangat mencintainya.

Aku pun mengambil payung dan keluar untuk bermain di bawah derasnya hujan. Apa gunanya payung ini? Aku meletakkan payung itu di tanah, menganggurkannya. Kristal bening itu terjatuh lagi. Tapi tak apa, tidak akan ada yang akan melihatku disini. Aku terus menangis. Terus sampai tak ada tenaga yang tersisa. Aku terus bermain hujan. Bermain hingga tubuhku benar-benar kedinginan dan basah kuyup.

Dan, aku melihat ke belakang, pria berjaket abu-abu itu datang dengan berteduhkan payung. Sempat aku mengira bila aku sudah gila karena melihat dia datang. Tapi dia memanggil namaku. Aku tersentak dan terkejut. Jantungku berdegup kencang sekali. Bahkan aku kira jantungku ini sudah tidak normal. Aku tersenyum senang.Tapi aku terlalu kedinginan. Seketika semuanya gelap. Aku tak bisa mendengarkan suara apapun. Dan disaat itulah dia segera berlari menghampiriku.

Aku Akan Tetap Ada Untukmu


Permintaanmu telah ku kabulkan. Apakah kau senang? Maafkan aku.

Sebenarnya aku terus berpikir berulang kali. Aku tak tega melepaskanmu begitu saja. Apalagi dengan kondisimu yang seperti ini. Aku takut segala kemungkinan itu terjadi.

Dahulu, aku selalu membanggakanmu. Tak peduli apapun yang orang lain katakan, sedikitpun. Sekarang, aku hanya bisa tersenyum bila mereka semua menyebut namamu.

Jujur, aku ingin segera berpindah hati. Aku tidak ingin selalu terkunci dalam kesedihan. Terkurung disini sangat menyiksa diriku.

Aku ingin bebas. Aku ingin melupakan semua kesakitan ini. Aku tak ingin terdiam saja dan terus menatap sosok dirimu yang tak akan pernah kembali. Terlalu membuang-buang waktu. Tapi itu sangat sulit.

Kunci hati ku memang berada ditanganku, tapi gembok masih berada di tanganmu. Aku tak bisa menggapai gembok itu. Kau terlalu jauh dariku. Bagaimana cara agar aku dapat menggapai gembok itu?

Kau tahu karma itu ada. Sejujurnya, aku tahu aku telah menerima karma karena aku pernah mengecewakan orang lain. Dan dirimu mengecewakanku. Mungkin itu karmaku dan aku pantas menerimannya.

Hanya saja, aku takut kau tidak siap menerima karma itu. Aku masih sangat peduli terhadapmu. Aku masih ingin melindungimu meskipun dirimu bukan lagi milikku. Aku takut kau mengalami banyak masalah.

Aku tidak meminta banyak. Aku hanya berharap, bila kau membutuhkan seseorang untuk mencurahkan isi hatimu kau bisa mencariku. Aku akan tetap menjadi seorang sahabat untukmu. Aku akan tetap ada untukmu.

23 December, 2013

Penari Terbaik


Satu. Dua. Tiga.
Wajahnya terbayang dalam pikiranku. Terus terbayang, tak ingin berhenti. Dia menari-nari mengikuti alunan musik yang merdu. Sepanjang hari, sepanjang waktu. Kata-kata itu terus berputar di telingaku. Kata-kata busuk yang tidak pernah ku sangka hanya akan menjadi sebuah kata-kata.

Empat. Lima. Enam.
Aku terus memikirkan dirinya. Begitu banyak kenangan yang kita lewatkan bersama. Begitu juga air mata yang terjun dari mataku. Kau terus saja menari dan selalu merubah gerakan. Kuharap, kau juga bisa merubah semua kenangan pahit itu.

Tujuh. Delapan. Sembilan.
Tidak ada yang bisa menghentikanmu. Aku sudah memasang berbagai tanda larangan dan kau masih saja menari. Aku sudah memerintahkan pikiranku untuk mengusirmu. Aku sudah melakukan beribu cara. Dan kau masih saja menari dengan indahnya. Seolah-olah tak ada yang pernah terjadi.

Entah sudah berapa kali aku mengalami ini. Sejak saat itu, sejak kita melepaskan segalanya. Sebuah rantai cinta yang kita bentuk berbulan-bulan, kita patahkan dalam waktu sekejap. Penyesalan selalu saja timbul dan aku tetap tidak bisa merubah apa-apa.

Kau datang begitu saja kedalam pikiranku, tanpa ijin. Rasa itu tetap saja terkunci didalam sebuah peti yang selalu kau bawa-bawa saat menari. Semakin lama kau terus berada didalam pikranku, semakin lama pula aku terus merasakan rasa itu.

Aku tak ingin terbalut dalam kesedihan lagi. Aku tak ingin terbenam dalam masa lalu lagi. Pergilah dari pikiranku. Pergilah. Aku tak ingin membayangkan wajahmu lagi. Aku tidak ingin merasakan apapun lagi kepadamu.

Tapi sepuluh, penari terbaik itu kembali menari-nari dalam pikiranku.

Kenapa Cinta Harus Hadir di Antara Kita?


Aku. Kurasa, aku bukanlah siapa-siapa. Hanya seorang remaja wanita yang baru belajar mencinta. Mungkin ini wajar, tapi kurasa tidak. Cinta itu mengubah hidupku. Aku mulai merasa aneh, selalu ingin berada di dekatnya, mudah marah, dan manja. Apa ini akibat dari cinta?

Dia. Sesosok yang sangat aku cintai. Cinta pertamaku mungkin, karena dia satu-satunya yang pertama kali berhasil menerobos pintu hatiku. Dengan mudah dia mengambil kunci yang selama ini selalu ku sembunyikan.

Setelah kami berpapasan dulu dan bertukar nama, dia selalu melindungiku, menyemangatiku, membuatku tersenyum, juga tertawa, dan menjagaku dengan baik. Tak ada sedikitpun hal yang bisa membuatku melepaskannya. Nama dia sudah melekat di hatiku.

Tapi suatu ketika, hal itu terjadi. Terjadi begitu cepat, begitu menyakitkan. Kabar itu, sungguh aku tak bisa percaya akan kabar itu. Aku tak berhasil menjaga hatinya. Seorang wanita berhasil merebutnya dariku, sebelum aku berhasil membahagiakannya.

Setetes air mata pun terjatuh. Entah apa yang bisa kulakukan sekarang. Bunga cinta yang pernah mekar di hatiku pun layu begitu saja. Meski selalu di siram dan di pupuk. Tapi ya sudahlah, aku tak bisa berbuat apa-apa. Rasa cinta itu sudah mati.

Lihat. Dia tersenyum. Dia tertawa. Dia bahagia. Tapi, bersama seseorang itu. Bukan bersamaku. Kurasa alasan ini berhasil membuatku kehilangannya. Dia mencintai orang lain.


Apa ini kenyataan yang harus kuterima? Apa ini akhir yang dulu ku kira akan bahagia? Kemana janji manis yang pernah kau ucapkan dulu?

Dia pergi begitu saja.

Baiklah. Itu permintaanku. Tapi kenapa dia tidak menolak? Apa dia memang ingin pergi? Aku masih ingin bersama dirinya. Aku tidak bisa meninggalkannya.


Kenapa cinta harus hadir diantara kita, bila berujung pada perpisahan? Awal manis berakhir pahit. Tidak diinginkan oleh siapapun.

11 October, 2013

Resep Cinta

Hal yang sudah lama kami tunggu pun tiba. Bunyi bel istirahat. Seperti teman-teman yang lain aku sudah kenyang dengan 6 jam pelajaran fisika. Tanpa buang waktu, aku pun segera pergi ke kantin bersama sahabatku, Laura.

“Kamu mau beli apa, Jessica?” Tanya Laura. Aku menunjuk pada makanan kesukaanku. “Nasi tim lagi, nasi tim lagi. Kamu ngga bosen apa makan nasi tim terus?” Laura menggeleng-gelengkan kepalanya.

 Aku tersenyum lebar. “Kamu mau beli apa, Ra?” “Tadinya aku mau diet. Tapi aku mengurungkan niat ku deh. Aku mau makan nasi goreng hari ini.” “Dasar kamu nih. Demi nasi goreng aja diet jadi batal.”

“Bu, nasi tim satu ya!” “Nasi goreng satu!”

Kami menunggu beberapa saat dan akhirnya makanan yang kami pesan disajikan. Tercium aroma nasi tim dan nasi goreng yang membuat perut semakin lapar. “Ayo kita cari tempat duduk, Jess! Aku pengen cepet-cepet makan nih, lapar.”

Kamipun berkeliling mencari tempat duduk. Tetapi, kami tidak bisa menemukannya. “Kita makan dikelas aja yuk!” Bujukku. “Ayo!”  Kamipun masuk kekelas.

“Jess, liat deh. Meja mu penuh lagi tuh. Fans-fans mu ngga bosan ya kasih surat cinta terus?”
“Iya nih, Ra. Padahal kan ini bukan valentine.”

Laura menatap surat-surat cinta dimejaku. “Aku iri deh sama kamu. Belum pernah ada orang yang memberiku surat cinta.” Raut wajah Laura berubah menjadi sedih.

“Sudahlah, Ra. Lagian ribet tau nyimpen-nyimpen surat cinta. Tapi aku yakin kok suatu saat kamu bakal dapat surat cinta, dari kekasih kamu pastinya.” Laura tertawa. “Iya-iya deh”

Kamipun segera makan. Sebelum makananku habis, bel masuk telah berbunyi. Aku kebingungan. “Cepetan habisin, Jess! Sebelum Bu Nani masuk.”

Aku berusaha makan dengan cepat. Tetapi usahaku sia-sia. Bu Nani telah masuk ke kelas. “Jessica! Kenapa kamu masih makan? Kamu ngga denger bunyi bel masuk tadi? Cepat kamu keluar! Berdiri didepan kelas sambil pegang makanan kamu dan gigit sendokmu!”

Laura melihat kearahku dengan muka kasihan. Akupun segera keluar dan menuruti perintah Bu Nani.

Meskipun bel masuk telah berbunyi, masih banyak murid-murid yang berlalu-lalang. Mereka semua menertawakan diriku. Aku sangat malu.

“Kringg…Kringg…Kringg…”  Bel istirahat kedua telah berbunyi dan itu berarti aku terbebas dari hukuman. Aku segera membuang nasi tim yang aku pegang.

“Hey, jangan buang-buang makanan!” Aku terkejut saat melihat ada lelaki yang berbicara padaku. “Kamu ngga kasihan ya sama orang-orang yang susah payah membuat nasi tim ini?”

“Kasihan sih. Tapi selera makanku sudah hilang sejak dihukum tadi. Jadi aku buang deh makanannya.” “Lain kali jangan buang-buang makanan lagi ya!” “Iya, maaf.” Aku menjawab dengan kepala tertunduk.

16 June, 2013

Penghormatan Terakhir Untuk Mertua

Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerjaan Mataram Islam yang terdapat di kota Yogyakarta, hiduplah seorang adipati yang bernama Mangir. Dahulu dia adalah seorang yang sangat hormat kepada sultannya Panembahan Senopati, tetapi semenjak dia mempunyai kekuatan dia tidak menghormati Senopati lagi.

Dia membangun sebuah joglo yang besar. Sejak saat itu, dia tidak mau menjadi adipati lagi. Senopati Kebingungan karena dari hari ke hari para pengikut Mangir semakin banyak dan juga Mangir berhasil menguasai sebagian daerah Mataram yaitu daerah Mangir.

Sultan Senopatipun menggumpulkan semua keluarga, staff, dan prajuritnya di sebuah ruangan kerajaan. Mereka menyusun sebuah rencana untuk menjatuhkan Mangir dan mendapatkan daerah Mangir sehingga Senopati bisa menguasai seluruh daerah Mataram.

Untuk menjatuhkan Mangir sangatlah sulit karena kekuatannya melebihi kekuatan Senopati sehingga mereka menyusun rencana yang paling efektif untuk menjatuhkan Mangir. Setelah berdiskusi berhari-hari, akhirnya sebuah rencana telah tersusun dan disetujui oleh seluruhnya.

Sesuai rencana, keesokan harinya putri tunggal Senopati yang bernama Putri Sekar Pembayun menyamar menjadi seorang penyanyi keliling dan salah seorang prajuritnya menyamar menjadi ayah Sekar. Mereka bergegas pergi ke daerah Mangir.