23 July, 2014

Yang Belum Menampakkan Diri

Sebenarnya, keyakinanku akan bahagia memeluk erat cinta sangatlah menggebu. Hanya saja sebuah kisah lama telah menindihnya. Membuat diriku terlalu ragu untuk kembali mencinta.

Rindu menggeram kuat, tak rela membiarkanku memojokkan dirinya. Aku masih memiliki rindu itu. Persis seperti sedia kala, sebelum ada cekcok juga kejanggalan yang menciptakan jarak diantara kita. Namun keadaan seakan tak memberi izin kepadaku untuk menyimpannya. Cerita telah lama berhenti dilanjutkan. Tidak akan serasi bila merindukan hal yang bahkan tidak pantas kau sayangi.

Ketika rindu berangsur reda, kenangan tetap saja menyeruak dan menggembalikan rindu pada posisi awal. Mempertandakan usaha-usaha yang ada hanya bisa menambah kelelahan.

Aku kembali diingatkan pada keyakinanku. Bahwa cinta pasti akan bertemu dengan kebahagiaan. Aku tahu dan mengerti cinta sangat merindukan kebahagiaan. Namun bagaimana cara untuk merindukan sesuatu yang bahkan belum tiba?

Sembari aku belajar menutup kisah lama yang telah berdebu, aku menunggu kebahagiaan itu pulang kesini. Menanti seorang yang lebih baik, yang belum mempertunjukkan dirinya.

19 July, 2014

Adakah Pembalasan?


Kalau saja cinta tak tersangkut pada kita, mungkin saja aku akan kehilangan semua kisah paling menakjubkan yang pernah ada. Kelewatan untuk mengalami jantung yang berdetak seenaknya sendiri. Melemahkan mata tergesitku sewaktu menangkap rupa bayangmu.

Bukan kita namanya jika tidak sempat bercinta. Bukan sejati sebutannya jika mengabaikan ucapan setianya. Hingga perpisahan mengenaskan akhirnya menghampiri hubungan terindah dan termanis di masa hidupku.

Aku bertekad melumpuhkan kerja otakku untuk mengingat. Aku bertekad menjaga keutuhan hatiku yang terlanjur terbagi dalam banyak bagian.

Namun, bagaimana caranya untuk mengabulkan kedua permohonanku? Dimanakah aku mampu memperoleh sebutir obat pelumpuh ingatan dan menyewa jutaan pengawal? Mustahil adanya doa ini boleh terwujud.

Pencarian dan usaha semakin giatku kerahkan. Belum ada pembujuk yang berhasil menggagalkan rencanaku. Aku masih berapi-api mencoba mengorek dunia. Serentet kalimat pemusnah semangat kian berdatangan dan memotivasiku agar berhenti.

09 July, 2014

Juga Karena Dia


Adakah kisah lain yang berjalan lebih mulus?
Adakah takdir yang mampu menyatukan kita kembali?
Adakah kamu yang hanya menyerahkan seluruh cintanya untuk diriku seorang?

Tidak akan lagi ada mimpi untuk menempuh akhir hayat bersama. Sirna begitu mudah oleh simpangan yang kau ciptakan. Membelokkan cinta kepadanya yang memperkenalkan diri dengan pesona yang menakjubkan.

Hingga selang waktu yang sangat singkat, kau memihak kepada dia. Meninggalkan diriku, dengan sebuah akhir yang terlalu dipaksakan untuk berhenti.



Aku menunggu. Menaburkan harap sembari duduk di ujung jalan. Aku terdiam. Menyaksikan semua tingkah menggelikanmu dalam merayu wanita. Aku menyesal. Tak berdaya membiarkan diriku tersiksa akan cinta yang disia-siakan.

Itu dulu.

02 July, 2014

Sebutir Air Mata di Malam Lain

Ini bukan mengenai siapa-siapa. Hanya kau dan aku yang mulai menempuh kisahnya sendiri. Ini tak seberapa penting. Tapi sebuah kisah di kala dulu terus membeku pada ingatan. Meninggalkan sejumput perasaan dengan kebahagiaan yang sudah kehilangan daya.

Sudah bermusim-musim rindu memutuskan untuk menetap. Mengaduk segala rasa hingga berkecamuk dan terus-menerus membuncah. Rindu tak akan pernah lenyap bahkan saat pertemuan itu hadir. Hingga sekarnag mendambakan ribuan skenario yang tentu saja tak akan pernah terwujud.


Rindu begitu meyiksa. Terlalu egois, ketika kudapati rasa ini hanya sia-sia. Dia menganas, semakin liar, dan mendorong butiran bening dari mata. Menetes, lalu mengalir, melegakan sebuah hati yang dilanda kerisauan.