14 April, 2014

Diam


Perasaan tak bernama kembali menyerang sebagian sarafku. Aku pun terpaksa harus kembali menghadapi virus-virus ganas ini seorang diri. Tanpa seorang penyembuh, perawat, dan juga dirimu.

Aku tak pernah mengenal dan tahu apa sebab virus itu mendatangiku. Pembalasan dendam, mungkin. Aku belum mengerti.

Dia mampu dengan cepat berkembang, membesar, dan lenyap begitu saja dengan merenggut partikel kebahagiaan dan membawamya kabur. Hanya itu yang aku dapat dari pengalamanku.

Percikan-percikan kecil dilemparkannya dengan sengaja. Mengenaiku hingga membuatku terus terdiam dan mengambil ahli kendali pikiranku. Dia turut mematikan alat perasaku. Membuatku tidak bisq merasakan bahkan secuil pun kepahitan, kesakitan, atau pun mungkin kebahagiaan yang dipancarkan virus nakal ini.

Pikiranku berahli fungsi menjadi sebuah mesin pemutar masa lampau. Sembari tubuhku yang mematung, otakku menari ria bersama perasaan menjanggal. Lalu dengan mengendap-endap memasukan sebagian jiwaku ke dalam kotak kenangan tak teringinkan.

Tidak banyak perubahan yang terjadi padaku. Perasaan tanpa nama ini masih saja bertenaga untuk menggelapkan masa depan dan menerangkan sejarahku. Aku pun masih menjadi seorang yang payah untuk mengatur siasat untuk melawan.

Di tengah hatiku yang masih menyimpan segudang rasa dan pikiran yang masih memutarkan satu per satu kejadian, aku memilih untuk diam dan membiarkan virus menggerogotiku.

3 comments: