15 May, 2014

Belajar Melepas

-Detik dan detik waktu yang tersisa untukku, masih diiringi oleh bayang wajahmu.-

Kegilaan ini hampir saja menenggelamkanku dalam lautan duka. Aku belum mampu melepaskan dirinya, sungguh. Masih ada seutas tali yang mengikatku dan ini cukup membuatku resah.

Bodoh memang, karena tekad yang belum lama ku tekuni sudah roboh tanpa hasil yang memuaskan. Aku butuh satu saja alasan akurat agar bisa merelakannya.
Setiap kali aku mencoba menyebrang ke arah lain, hanya kegagalan yang senantiasa membawaku masuk ke dalam kegelapan. Bagaimana bisa aku berpindah dengan mudah? Kapan aku boleh menoleh ke arah yang lain? Mengapa kau seolah menjebakku sedari awal? Apakah ini akhir yang kau rancang? Puaskah?

Aku tetap berusaha, mencerahkan masa depanku yang tampak buram, mengubur masa pahit di masa lalu yang sudah hampir terlupakan, dan menekuni kehidupanku sekarang. Namun, aku tidak akan pernah bisa melakukannya. Bahkan dalam kondisi diriku terkurung di masa lampau dan tak kunjung berhasil kabur.

Dengan lamban, aku menjalankannya. Tak masalah bukan? Memori sedikit banyak tetap saja menuntut untuk datang dan kesedihan tak ingin menampakkan dirinya. Cepat atau lamban, semoga saja kerelaan itu datang. Bukankah kau bahagia melihatku sengsara?

Untuk mereka yang belum melepas dengan sepenuh hati.

No comments:

Post a Comment