06 July, 2016

Potongan Masa Lalu


Jalanan lengang.
Satu-dua kendaraan melintas terburu-buru, hendak pulang kerumah masing-masing.
Aku merapatkan jaketku, berusaha mengusir angin malam yang terus menusuk kulit.
Satu kendaraan lagi melewatiku, melesat cepat, enggan untuk menurunkan kecepatannya.
Langkah kakiku semakin cepat, seiring dengan tetesan hujan yang semakin deras.
Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menepi dan berteduh.

Pepaduan antara remang-remang lampu jalanan dan derasnya air hujan cukup untuk membuatku  kembali mengingat masa-masa itu.
Disaat semuanya masih baik-baik saja.

Waktu itu, sekitar sembilan bulan yang lalu.
Aku tidak banyak berbicara, hanya duduk dibelakang orang yang amat kusayangi.
Aku menatap punggungnya yang dibalut jaket berwarna hitam.
Kami hanya terdiam melintasi jalanan ibukota yang ramai.

Langit terlihat mendung.
Semua orang berbondong-bondong ingin sampai ke tempat tujuan secepatnya, begitu pun kami.
Angin terus menerpa wajahku, menerbangan anak-anak rambutku hingga tak karuan.
 
Aku bisa merasakan pergelangan tanganku yang diusapnya lembut.
Matanya masih menatap lurus kedepan, tak sedikitpun menoleh kearahku.
Dia menarik dan melingkarkan tanganku ke badannya.

Aku tidak banyak berbicara.
Hanya terdiam dan terus memeluknya, enggan melepaskan.

Lampu merah membuat kami terhenti sebentar.
Terpaksa menunda waktu untuk sampai ke tujuan.
Dia membalikan badannya sedikit, memeriksa keadaanku.

"Apa kau kedinginan?"

Aku merenggangkan pelukanku, mengangguk pelan.
Tak banyak bicara, dia langsung melepaskan jaket yang ia kenakan dan memakaikannya kepadaku. Padahal, perjalanan masih cukup jauh.

"Tidak, kau bagaimana?"

Seulas senyum terlukis dibibirnya, tanpa ada sepatah katapun jawaban.

Lampu berubah hijau, dan sekali lagi, dia membuatku memeluk dirinya, yang tanpa mengenakan jaket, hingga sampai ke tujuan.

Geledek hujan membuatku tersontak dari ingatan itu.
Membuat sebagian mobil yang terparkir berteriak kaget.
Pemiliknya pun segera keluar mematikan alarm dan kembali masuk ke rumah, mencari suasana yang nyaman dan hangat.

Apa masih belum cukup waktu yang selama ini sudah kulewati sendirian?
Aku mengusap air mataku yang ternyata sedari tadi sudah mengalir, tak kalah derasnya dengan hujan.

Seandainya kita masih bersama, apakah mungkin sekarang aku berada persis dibelakangmu, menatap jaket hitammu, dan memelukmu disepanjang perjalanan?
Seandainya kita masih bersama, apakah aku akan sendirian disini? Berteduh dari masa lalu, sulit untuk merelakan yang telah terjadi?

Dan disaat itu lah aku menyadari, aku belum sepenuhnya merelakan kepergiannya.

=====

Karena ada saatnya orang berubah
Entah karena waktu atau masa lalu
Entah karena hari atau naluri
Setiap insan yang mendamba tau mencintai
Entah kapan harus terungkap atau harus menghilang
Semua rasa dikata akan indah pada waktunya
Kapan dan apa yang terjadi belum tentu kita yang prediksi
Bukan soal siapa yang memenangkan petarungan ini
Semuanya akan berubah
Dan, itu pasti
Memang masanya telah habis
Tak bisa kau bawa pulang walau sebutir
Dan hati ini harus tetap lapang
Karena yang terjadi hanyalah bagaimana insan mencinta ini harus bersabar
-NN

4 Juli 2016
Stefani

1 comment:

  1. sangat menarik dan sangat inspiratif,ditunggu ya post-an berikutnya kakak steffani xD

    ReplyDelete