25 January, 2014

Teman, Tidak Lebih.

Bergitu rindu, begitu ingin melihat wajahnya, begitu ingin mendengar suara paraunya. Mencoba mengubah pikiran itu, namun tak mampu. Penanda apa ini?

Terbersit segelintir harapan. Aku tidak banyak berharap, tidak berani. Seulas senyuman selalu timbul saat kamu menyebut namaku. Meski hanya sekali. Kaau selalu memasangi gelak tawa di bibirku. MEmbuat hati ini serasa ingin terbang. Tapi, kau juga bertindak sama saat dengannya. Bahkan, aku bisa menangkap pancaran cinta yang kau sebarkan. Sakit.

Seluruh harapan itu telah sirna, habis, kosong. Berangsur-angsur menjadi sebuah pilu. Tak pernah melesat di pikiranku. Namun, kenyataan kembali menyerbu diriku. Menyergapku dan menyerang ulu hatiku. Retak.

Sedari dulu, aku memang tidak banyak mengeluarkan harap. Dan, sekarang aku hanya terus menatap wajahnya sebagai seorang rekan. Mungkin perasaan ini terhalang. Ingin bergerak. Dan, aku memilih untuk menghancurkan seluruh rasa yang ada. Menjaga erat seluruh pertemanan ini. Sehingga tetap bisa mendengar lantunan suaranya yang menyejukkan hati.


No comments:

Post a Comment