Tawa keras itu tergiang terus di gendang telingaku. Menusuk hati dengan beribu jarum lancip. Merintihpun tidak berguna. Menangis juga tak sepantasnya aku lakukan.
Perasaan itu terombang-ambing. Menuju sebuah jurang yang gelap dan pengap. Terjatuh, sulit untuk bangkit. Tenaga sudah terkuras habis dan aku belum bisa bangun dari duka ini. Terjebak selamanya, untuk kedua kalinya.
No comments:
Post a Comment