24 January, 2014

Bertahan di Balik Tembok

Dinding kokoh ini, tempat persembunyianku. Bebas untuk menyaksikan sosok dirinya yang selalu naik-turun tangga. Mataku seolah tak berkedip saat dia lewat. Jantungku seolah tak bisa berdetak dengan normal. Hati mungilku seolah telah di raih olehnya. Aku berusaha mengipas diriku dengan ketenangan.

Tak banyak yang bisa aku perbuat. Berbagai tindakan sempat terlintas dan aku lebih memilih untuk diam. Tetap terkapar di balik tembok. Hanya mengintai, tak lebih. Bahaya jika aku memulai untuk maju.

Kau tidak akan pernah tahu. Tentu saja, hanya aku yang mengerti. Seorang tampan yang tak mungkin jatuh jati dengan perempuan sepertiku. Berjuta-juta bunga bermekaran di hatiku, namun aku yakin, suatu saat akan layu. Tak ada yang menyiram ataupun memupuknya.

Pantang menyerah. Tidak boleh cepat mundur. Tapi, hasil apa yang sudah ku raih? Nol Besar. Aku tak sanggup mencapai level yang setinggi itu. Meratapi nasib.

Aku sudah banyak berjasa. Aku sudah banyak memuji. Menolong tanpa dia sadari. Bersusah payah mengaitkan tali cinta diantara kita. Dan, kau tidak pernah tersentuh sedikitpun. Sulit sekali.

Tak perlu mengenalku, tak perlu bertutur kata. Hanya saja, tangkap isi hatiku. Jangan buat dia terluka, sudah terlalu banyak beban yang perlu dia tanggung.

Alhasil, aku masih terus berada disini. Di hadapan tembok kaca bening kokoh dan jarak yang memisahkan kita.

No comments:

Post a Comment