03 January, 2014

Sebatas Mimpi


Sunyi, sepi, sendiri.
Disinilah aku. Duduk terdiam.
Tanpa melakukan apapun.
Tanpa bergerak sedikitpun.
Aku hanya memeras otak ku untuk berpikir.
Memikirkan hal yang seharusnya tidak boleh kupikirkan.
Aku perlahan-lahan mulai tenggelam dalam pikiranku sendiri.
Aku sudah menguncinya dengan susah payah.
Segala tenaga ku sudah kukuras habis.
Tapi sekejap, gerbang yang ku kunci dengan seribu gembok itu dapat terbuka dengan mudah, sangat mudah.
Sia-sia saja segala usahaku.

Mimpi.
Dari situlah semua ini berawal lagi.
Terkutuklah mimpi itu sehingga membuatku membuka gerbang itu.
Tidak seharusnya aku mimpikannya.
Tidak boleh, Tidak mau, Tidak baik, Tidak bisa.
Andaikata mimpi itu bisa menjadi kenyataan, pasti semuanya akan menjadi sangat indah.


Lebih indah dari cerita dongeng yang pernah ku dengar saat kecil.
Tinggal di negeri yang penuh dengan bunga-bunga bermekaran dan burung-burung yang bernyanyi. Menjadi seorang putri yang cantik jelita.
Selalu mengenakan gaun-gaun mewah.
Menikah dengan seorang pangeran tampan.
Menari bersama dalam pesta dansa dan hidup bahagia selamanya.
Sungguh membayangkan itu saja sudah sangat menakjubkan.

Seandainya saja aku bisa hidup dalam cerita dongeng dan mimpi.
Tidak, aku harus hidup dalam kenyataan.
Dan kenyataannya kenyataan tidak sebaik dan semulus mimpi.
Kurasa, cinta itu memang hanyalah sebatas mimpi dan tidak akan menjadi nyata.
Haruskah aku terus tertidur dan bermimpi agar aku tetap bisa bersamamu?
Pikiran bodoh.

No comments:

Post a Comment