16 January, 2014

Kebohongan Terbesar

Awan hitam tergantung dilangit dan cetakan wajahmu terjepit di mimpi ku. Aku menarik semua ucapan dustaku tadi. Jangan percayai itu. Nama mu masih tercatat dalam daftar. Meski sudah aku timpa dengan nama yang lain, meski sudah ku hapus dengan keras, bekas-bekas tulisan itu masih tertinggal.

Mulutku tidak bisa berbicara yang sebenarnya. Kejujuran terlempar saat hendak berbicara. Kebohongan menghampiri dan terlontarkan. Telingaku terlalu takut untuk menerima kata-kata darimu. Omong kosong yang berasal dari mulut manismu sudah memenuhi gendang telinga ini. Mata ku sudah memerah. Debu-debu cinta menyakitinya dengan parah. Hati kecilku, masih belum sempat sembuh. Penawarnya tidak bisa aku temukan. Paku yang kau tancapkan meninggalkan lubang dalam di sana dan sulit untuk di tutup.

Aku rindu saat berada didalam dekapan mu. Aku rindu suara parau yang pernah keluar dari bibirmu. Aku rindu ejekan yang selalu kita sebutkan dulu. Aku sangat merindukannya.

Aku hanya seorang dari sekian nama yang pernah melekat dihatimu. Wajahku tidak akan pernah terlintas di benak mu. Aku bisa menerimanya. Aku bisa menghargainya. Tolong, hargai juga perasaan ini yang tak kunjung hilang. Pantulan cinta ini terus naik dan turun. Kesengsaraan saat mendengar namamu selalu membalut hidupku. Terlalu sulit untuk mengakui.

Kebohongan terbesar ku, aku berhasil melupakannya.


Untukmu yang sempat menhanturkan tanya. Jawaban itu dusta.

No comments:

Post a Comment