19 January, 2014

Tujuan Akhir, Padang Tandus

Berbagai macam haluan telah kita lalui bersama. Badai silih berganti, kita terombang-ambing, tapi tidak meruntuhkan tujuan kita. Kapal pesiar yang kita buat bersama tidak lecet sedikitpun. Itulah berkat dari sebuah cinta. Memerlukan angin lebat untuk menghasilkan lengkungan pelangi. Kita bergandengan tangan bersama dan memijakan kaki diatas tanah tandus ini. Gersang. Ada sebatang kaktus yang terlihat dari kejauhan. Kau memberikan seulas senyuman dan menenangkan hatiku.


Kau menarik tanganku menuju kearah kaktus itu. Selangkah demi selangkah kita lewati. Aku beri seluruh kepercayaanku kepadamu. Asalkan ada dirimu disisiku, aku yakin keamanan berada ditangan kita. Dia mengeluarkan sebuah pisau dan memotong kaktus besar ini. Segelas air segar kami dapatkan. Dia menyerahkan air itu kepada ku. Dia mundur perlahan lalu pergi menjauhiku. Apa ini? Aku berusaha mengejar. Aku berusaha meneriakan namanya berulang kali. Namun tak sampai.

Dia membuangku dihamparan pasir ini. Kapal pesiar itu berlayar menuju arah pulang. Aku tidak menyangka. Tujuan terakhir ini adalah perpisahan. Aku tertunduk diatas pasir. Desir pasir segersang hatiku. Setetes dan segenang air mata meluncur. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Sendiri disini bak menuju dunia akhirat. Setangkai bunga mawar tumbuh karena air mata ku. Semoga saja, air mata ini akan berakhir bahagia. Aku mengambil bunga itu dan menjepitnya diantara helaian rambutku.

Aku kembali terbaring diatas panasnya pasir dan dinginnya hatiku.


No comments:

Post a Comment