20 January, 2014

Antara Cinta dan Benci


Kedua pasangan itu belum hilang dari ingatanku. Kebahagiaan yang terjerat diantara mereka membuatku sedikit geram. Kebersamaan itu seharusnya milikku dan dia, bukan milik kalian berdua. Aku bisa memaksakan sebuah senyum di bibirku, tapi aku tidak bisa memaksakan dendam itu terhapuskan.


Aku benci menangkap kemesraan kalian. Layaknya menjatuhkanku ke dalam jurang curam. Kalian tega membiarkanku membusuk dalam kesepian. Menyelimutiku dengan semua luka. Aku hanya bisa memandangi kalian. Nuansa seorang pengkhianat sepertimu masih terasa. Kebahagiaan mungkin telah beranjak pergi menjauhi diriku.

Aku selalu berdebat dengan hatiku. Memerintahkannya untuk tidak membenci. aku selalu menelan semua air mata. Tidak ingin menunjukkannya kepada kalian. Sebongkah hati kecil ini masih mencinta. Aku tidak bisa memihak. Tunas benci masih tertanam dihati, sedangkan sebutir cinta masih tidak bisa ku lepas.

Mencoba merangkai sebuah kata untuk kalian, laksana merangkai dan memetik tumpukan mawar. Sekecil kesalahan bisa berdampak luka. Durinya akan menambah kepedihanku.

Jangan pernah menengok ke belakang. Jangan hiraukan aku. Tetaplah berada di dalam hatinya. Aku membencimu.

Tidak, lihatlah diriku yang sebenarnya. Aku hancur tanpamu. Kembalilah. Aku masih mencintaimu


No comments:

Post a Comment