02 January, 2014

Kau dan Perusak Itu


Tebing ini, sudah lama aku terus berusaha memanjat tebing cinta ini. Aku tidak boleh berlama-lama berada dibawah sana. Aku terus memanjat, terus, dan terus. Sampai akhirnya aku hampir mencapai puncaknya. Wajahmu memancarkan senyum yang paling indah, diatas sana. Tanganmu terulur dan kau menarik tanganku.

Puing-puing harapan itu tersusun kembali, terbangun menjadi sebuah istana cinta yang megah. Lalu, wanita itu datang menghampirimu. Seketika, kau melepaskan genggaman tanganmu. Kau menjatuhkan aku lagi, mengembalikan aku ke lubang cinta yang menakutkan. Penuh dengan pisau tajam yang selalu kau asah, bukan bunga yang selalu kau siram.

Istana itu roboh, lagi. Semua harapanku, semua kebahagiaanku. Kalian tertawa dengan terbahak-bahak melihat ku tersiksa. Hatiku sangat terkoyak-koyak. Luka yang lama belum sembuh sedikitpun dan kau menambahnya lagi.

Aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Kurasa semua ini seharusnya sangat menyakitkan. Tapi hati ini sudah mati rasa. Meski itu rasa cinta, meski itu rasa sakit.

Air mata ini juga sudah tak bisa menetes. Sudah terlalu banyak air mata yang terbuang hanya untuk dirimu. Tak berguna. Aku hanya bisa memendam semua rasa pahit ini.

Dulu, kukira kau adalah makhluk termanis didunia. Ternyata sekarang, sungguh, semenjak wanita itu datang, kau menjadi makhluk teramat sangat pedas didunia. Kalian berdua adalah makhluk terjahat yang pernah ku kenal.

Wanita perusak, kau telah memenangkannya. Kau berhasil merebutnya dariku. Kau memang Perusak Hubungan Orang. Perusak yang tidak pernah diundang dan diharapkan. Oh, kalian berdua pergilah dari hidupku, jauh-jauh.

No comments:

Post a Comment