23 January, 2014

Perdebatan

Tak boleh berbohong. Tak bisa jujur. Membuat pertimbangan, jalan tengah. Suara hati selalu menyaingi pergerakan bibirku. Ingin mengatakan, namun aku dililit kehormatan. Mulut dan hati berkelahi, lagi. Beradu untuk mendapat posisi teratas.

Cinta yang berlimpah terus mengalir untukmu. Cintamu kandas untukku. Gemercik kesedihan meracuni tubuh. Mengangkutnya hingga ke hari-hariku. Dia bersorak-sorak karena bertahta dihatinya. Aku tidak boleh selangkahpun mencoba merebut tahta itu. Aku harus memikirkan perasaan mereka. Lantas, siapa yang menghargaiku?


Aku berenang ke arah cahaya tiga perempat lingkaran itu. Membuka lembaran yang baru. Selagi aku berusaha, ombak yang kencang mengurungkan niatku. Menghempaskanku kembali ke masa kelabu dulu.

Dambaanku, lihatlah. Aku terbengkalai. Melulur diriku dengan duka. Mulutku tidak selalu benar, namun bacalah isi hatiku.

No comments:

Post a Comment