07 January, 2014

Balloon


Aku terus memegang balon ini. Tak ingin pecah, aku jaga balon ini dengan sebaik mungkin. Setitik debupun tidak aku biarkan mengotori balon ini. Semakin hari, balon ini menjadi semakin kecil. Aku takut cinta itu juga menjadi semakin kecil. Ku coba meniup balon itu agar menjadi besar kembali. Ku tiup dengan sangat hati-hati. Dan berhasil, balon ini utuh seperti semula.


Aku tidak membiarkan kau datang mendekat. Aku tak ingin kau memecahkan balonku dengan jarum licikmu itu. Kau pun mencoba meniruku. Kau bentuk sebuah balon yang lebih besar dariku. Aku tidak akan membuatmu mengalahkan aku. Bimbang, akhirnya aku mencoba meniupnya kembali. Ku tiup sekeras mungkin agar balonku menjadi lebih besar. Aku tidak ingin kalah. Dan yang kudapatkan hanyalah serpihan balon, pecah.

Aku melangkah terlalu jauh. Akhirnya, segala resiko datang selalu menghampiriku. Ingin rasanya aku menarik kembali udara yang telah aku keluarkan. Penyesalan, selalu datang terlambat.

Aku menunduk, malu. Melihat balon besar yang ada di tangan perempuan itu. Balon tiruannya, yang pernah ku miliki, sekarang berada digenggaman tangannya.

Diibaratkan balon itu adalah sebuah hubungan cinta. Jika kita terlalu membebaskannya, hubungan itu tidak akan berhasil. Sebaliknya. Jika kita terlalu memaksanya, hubungan itu hanya akan berakhir percuma.

Jangan terlalu gegabah dalam mengambil keputusan. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Asalkan kalian tetap saling berbicara dan mendengarkan. Dan jangan lupa, buka pintu maaf di hati kalian lebar-lebar. Semua pasti akan berakhir indah.

No comments:

Post a Comment