07 January, 2014

Perempatan Rindu


Sampailah aku diperempatan ini. Jalan manakah yang harus ku pilih? Aku tidak tahu arah yang tepat. Haruskah aku membiarkan semua berjalan dan menuju arah kiri? Sudah tampak sebuah jebakan disana. Mungkinkah aku berjuang sekali lagi dan mengambil arah kanan? Aku sudah diperlihatkan sebuah jurang. Ataukah aku harus menyerah padamu dan berjalan lurus? Sebuah pintu kayu lapuk yang tak terlalu besar menungguku. Begitu takut salah langkah. Tak tau apa yang terjadi nanti. Gundah, begitu rumit.

Begitu berat untuk bisa sampai kepada perempatan ini. Begitu banyak rintangan yang telah aku hadapi. Hanya untuk terjebak dalam perempatan ini. Begitu banyak luka yang tertinggal di tepi hati. Berharap ada yang menutupnya. Berharap ada kau disini yang menemaniku, yang memberikan kepastian. Berharap dan hanya bisa terus berharap. Jika cinta, tolong pertahankan aku. Jika tidak, tolong, akhiri saja. Sakit, tapi aku akan belajar untuk mengerti. Aku tak mau lagi untuk merasakan sakitnya pedang karat yang kau arahkan ke hati ini. Aku tak mau lagi berlama-lama berputar dalam lingkaran ketidak-pastian ini.

Haruskah aku mundur begitu saja? Atau apakah harus terus berjalan? Mencoba memilih arah yang tepat. Lurus.... tak pasti. Aku belum tau apa yang akan aku hadapi. Apa yang akan aku lihat jika aku membuka pintu itu? Begitu takut salah langkah, aku tak bisa kembali. Jika aku terus bertahan, aku akan terjatuh dan masuk dalam jebakanmu. Akan sakit pada akhirnya jika mengetahui hanya aku yang berjuang. Sia-sia semua.

Kepada kamu, yang telah menjagaku setiap malam hingga lelap, aku rindu akan semuanya. Aku tak mau menjadi seperti ini. Aku seakan tak tau arah mana yang akan aku tuju. Haruskah aku mengambil arah kiri dan terjebak selamanya? Terjebak dalam permainanmu yang menusuk hati.  Atau ke arah kanan dan aku akan terjatuh dan tak bisa bangkit dalam jurang yang kau siapkan untukku? Jurang yang begitu gelap, dalam, kelam. Ataukah aku harus mengakhiri semua ini? Membuka pintu reot itu dan membebaskan diri darimu walau tak tau apa yang akan aku hadapi nantinya. Tapi aku begitu takut akan perpisahan. Aku sulit untuk melepasmu. Aku begitu takut jika tak bisa bersamu lagi.

Aku tau akan jadi apa hubungan ini. 
Aku mengerti kenapa kau memperlakukanku seperti ini.
Bosan. Jenuh. Resah. Hatimu terbagi kepada perempuan lain. Perempuan yang bisa saja aku anggap sahabat.
Tolong, beri aku kepastian. Kejujuran pastinya. Aku tidak bisa terus terdiam dalam posisi ini. Walau menyakitkan, tapi aku telah siapkan hati dari pertama aku bertemu denganmu karena aku tau aku akan kehilangan orang yang aku sayang. Dan sekarang mungkin giliranmu, kasih.....

Made by Ferly and Stefani.

No comments:

Post a Comment