Sampailah aku diperempatan ini. Jalan manakah yang harus ku
pilih? Aku tidak tahu arah yang tepat. Haruskah aku membiarkan semua
berjalan dan menuju arah kiri? Sudah tampak sebuah jebakan disana. Mungkinkah
aku berjuang sekali lagi dan mengambil arah kanan? Aku sudah diperlihatkan
sebuah jurang. Ataukah aku harus menyerah padamu dan berjalan lurus? Sebuah
pintu kayu lapuk yang tak terlalu besar menungguku. Begitu takut salah langkah.
Tak tau apa yang terjadi nanti. Gundah, begitu rumit.
Begitu berat untuk bisa sampai kepada perempatan ini. Begitu banyak
rintangan yang telah aku hadapi. Hanya untuk terjebak dalam perempatan ini. Begitu
banyak luka yang tertinggal di tepi hati. Berharap ada yang menutupnya.
Berharap ada kau disini yang menemaniku, yang memberikan kepastian. Berharap
dan hanya bisa terus berharap. Jika cinta, tolong pertahankan aku. Jika tidak,
tolong, akhiri saja. Sakit, tapi aku akan belajar untuk mengerti. Aku tak mau
lagi untuk merasakan sakitnya pedang karat yang kau arahkan ke hati ini. Aku
tak mau lagi berlama-lama berputar dalam lingkaran ketidak-pastian ini.

Kepada kamu, yang telah menjagaku
setiap malam hingga lelap, aku rindu akan semuanya. Aku tak mau menjadi seperti
ini. Aku seakan tak tau arah mana yang akan aku tuju. Haruskah aku mengambil
arah kiri dan terjebak selamanya? Terjebak dalam permainanmu yang menusuk
hati. Atau ke arah kanan dan aku akan terjatuh
dan tak bisa bangkit dalam jurang yang kau siapkan untukku? Jurang yang begitu
gelap, dalam, kelam. Ataukah aku harus mengakhiri semua ini? Membuka pintu reot
itu dan membebaskan diri darimu walau tak tau apa yang akan aku hadapi
nantinya. Tapi aku begitu takut akan perpisahan. Aku sulit
untuk melepasmu. Aku begitu takut
jika tak bisa bersamu lagi.
Aku tau akan jadi apa hubungan ini.
Aku mengerti kenapa kau memperlakukanku seperti ini.
Bosan. Jenuh. Resah. Hatimu terbagi kepada perempuan lain. Perempuan yang bisa saja aku anggap sahabat.
Aku mengerti kenapa kau memperlakukanku seperti ini.
Bosan. Jenuh. Resah. Hatimu terbagi kepada perempuan lain. Perempuan yang bisa saja aku anggap sahabat.
Tolong, beri aku kepastian. Kejujuran
pastinya. Aku tidak bisa terus terdiam dalam posisi ini. Walau menyakitkan,
tapi aku telah siapkan hati dari pertama aku bertemu denganmu karena aku tau
aku akan kehilangan orang yang aku sayang. Dan sekarang mungkin giliranmu,
kasih.....
Made by Ferly and Stefani.
No comments:
Post a Comment