02 January, 2014

Tik

Tik. Tik. Tik. Tik. Tik. Tik. Tik. Tik. Tik. Tik. Tik.
Waktu berdetik,
berjalan,
berlalu,
mengalir.
Tanpa menyisahkan sebuah ruang,
untukmu.


Detik jam itu terus terdengar. Waktu terus berjalan, perlahan tapi pasti.
Tik.
Jarum jam itu terus berdetik, tak ingin terlambat sedikitpun. Tidak cepat, dan juga tidak lambat.
Tik.
Dia berdetik sesuai tempo yang ada. Menghasilkan alunan lagu yang sangat menusuk telingaku.
Tik.
Detik ini sangat berharga, tapi aku membuangnya begitu saja, hanya demi dirimu.
Tik.
Kau terus bersembunyi dalam pikiranku. Itu membuatku hanya bisa terus memikirkanmu.
Tik.
Aku terus menyiksa diriku dengan membayangkan wajahmu dalam benakku. Bayanganmu tidak bisa hilang.
Tik.
Lembar kenangan itu sudah kuremas-remas sekuat tenaga, tapi tetap saja tulisan-tulisan itu masih terbaca sedikit.
Sedikit, tapi berhasil membuatku terselimuti lagi oleh kesedihan.
Tik.
Ingin sekali aku terus terkurung dalam memori kebahagiaan kita, tapi tidak bisa. Itu hanyalah sebuah mimpi yang tidak akan menjadi kenyataan
Tik.
Waktu yang tersisa pun semakin sedikit. Tapi, tidak ada yang berhasil aku perbuat. Aku hanya berhasil menggambar wajah itu dengan sempurna di dalam pikiranku.
Tik.
Ini sangat menakutkan. Aku tidak bisa menghapus gambar itu dalam pikiranku.
Tik.
Satu detik. Satu menit. Satu jam. Satu hari. Satu minggu. Satu bulan. Satu tahun.
Selama ini aku terus menyimpan gambar itu, selama ini pula aku diselimuti oleh kenangan.
Aku tidak mengerti, kendatipun ini sangat tidak menyenangkan, hati dan pikiran ini terus saja ingin melakukannya.
Tik.
Kurasa pikiranku benar-benar diracuni olehnya. Dan tidak bisa disembuhkan.
Tik.
Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku, aku benar-benar merindukan dirinya, yang dulu.

No comments:

Post a Comment