04 February, 2014

Untuk Kalian


Kasih sayang bukanlah sebuah perhiasan. Bukan permata atau pun semacamnya. Dia hanya sebuah rasa yang akan hadir pada setiap orang. Untukku, untukmu, dan untuknya. Tapi, dia sangat bernilai. Bermakna dalam kehidupan semua makhluk hidup. Manusia, hewan, tumbuhan, atau yang tidak kasat mata.

Dia berlabuh, tapi bukan menuju kehidupanku. Dari relung hatimu dan nyasar ke arah matahari yang terbenam lalu berakhir. Dia terbit ke arah wanita yang kau puja itu. Aku terus memerhatikan bundaran itu. Berusaha menghilangkannya. Namun, hanya seonggok asa yang ku terima. Dia akan memudar dengan sendiri. Dan, dia akan tersusun kembali tanpa di minta.

Pemberi harapan sepertimu itu memang menyayat hati. Membuang semua anggan yang selaluku impikan dan menyertakku dengan sendu. Pilu merayap memakan semua tawa yang beredar di antara kita. Meruntuhkan bangunan kokoh dan menyisahkan selapang kekacauan.

Belum sedetikpun aku merasakan saat-saat berada dalam dekapanmu. Jalan menuju tujuan itu terputuskan oleh seorang penggangu. Mengusik pikiranmu dan mengacaukan rasa yang kau rawat untukku. Perlahan terangkut dan melayang untukknya.


Hanya bisa terkurung dalam kesunyian.

Untukmu sang penumbuh cinta, kapankah kau hilang dari kehidupanku? Jangan merasa nyaman untuk terus merombak setiap mesin ingatanku. Jangan merasa nyaman untuk memasukan sebuah rasa aneh itu ke dalam pelosok hati. Dan, jangan merasa nyaman untuk meniupkan angin penghalau yang menahanku untuk bebas. Setumpuk pembalasan akan segera menimpamu. Duduk, dan tunggulah. Karma akan menghampirimu.

Lalu, untukmu sang penebang tugu cintaku, sudahkah kau puas menghancurkan semua mimpi yang selalu inginku gapai? Kamu boleh merebut dia dariku, kamu boleh mencabut kebahagiaanku, kamu juga boleh mencairkan masa depanku dengannya. Itu berarti, aku boleh membencimu, menghinamu, dan membalasmu bukan?

Juga untuk otakku, masihkah engkau sanggup untuk menyimpan ingatan yang tak berharga itu? Tidakkah kau merasa lelah setelah sekian lama di khianati?

Terakhir, untuk hatiku, bagaimana bisa kau terus memendam rasa yang bertepuk sebelah tangan itu?

 

No comments:

Post a Comment