Pemberi harapan sepertimu itu memang menyayat hati. Membuang semua anggan yang selaluku impikan dan menyertakku dengan sendu. Pilu merayap memakan semua tawa yang beredar di antara kita. Meruntuhkan bangunan kokoh dan menyisahkan selapang kekacauan.
Belum sedetikpun aku merasakan saat-saat berada dalam dekapanmu. Jalan menuju tujuan itu terputuskan oleh seorang penggangu. Mengusik pikiranmu dan mengacaukan rasa yang kau rawat untukku. Perlahan terangkut dan melayang untukknya.
Untukmu sang penumbuh cinta, kapankah kau hilang dari kehidupanku? Jangan merasa nyaman untuk terus merombak setiap mesin ingatanku. Jangan merasa nyaman untuk memasukan sebuah rasa aneh itu ke dalam pelosok hati. Dan, jangan merasa nyaman untuk meniupkan angin penghalau yang menahanku untuk bebas. Setumpuk pembalasan akan segera menimpamu. Duduk, dan tunggulah. Karma akan menghampirimu.
Lalu, untukmu sang penebang tugu cintaku, sudahkah kau puas menghancurkan semua mimpi yang selalu inginku gapai? Kamu boleh merebut dia dariku, kamu boleh mencabut kebahagiaanku, kamu juga boleh mencairkan masa depanku dengannya. Itu berarti, aku boleh membencimu, menghinamu, dan membalasmu bukan?
Juga untuk otakku, masihkah engkau sanggup untuk menyimpan ingatan yang tak berharga itu? Tidakkah kau merasa lelah setelah sekian lama di khianati?
Terakhir, untuk hatiku, bagaimana bisa kau terus memendam rasa yang bertepuk sebelah tangan itu?
No comments:
Post a Comment