09 February, 2014

Hari itu

Satu tahun dua bulan sudah berlocatan menjadi sejarah. Kejadian itu masih terekam dengan jelas dan sempurna. Bahkan seperti baru terjadi kemarin. Hari dimana kebahagiaan melarikan diri dari kehidupanku.

***

Bukan aku namanya bila tidak menggerakan jari di atas laptop. Aku sedang menuangkan inspirasi ku ke dalam kertas putih di layar. Dua setengah halaman sudah terisi penuh dengan tinta hitam. Saat hendak mematikan benda kotak ini, teleponku berdering.

"Temui aku di taman, sekarang." Kata yang sangat dingin itu terdengar diteleponku. Tak seperti biasanya dia seperti ini. Namun aku tidak peduli. Mungkin dia hanya sedang lelah akibat bekerja. Akupun segera  keluar dari apartemenku. Menguncinya lalu masuk ke lift. Kutekan angka 1 dan lift pun membawaku turun kelantai dasar.

'Ting' Bunyi lift terdengar. Pintu lift terbuka dan aku langsung berjalan ke taman mencari batang hidungnya. Pria itu sedang duduk di kursi tengah taman. Dengan gembira aku segera menghampirinya. "Sayang," aku melingkarkan tanganku ke lehernya.

Lalu, aku duduk disampingnya. Kurasa dia kedinginan. Tentu saja, dia tidak memakai sarung tangan. Akupun segera mengeluarkan sarung tangan dari jaketnya dan memakaikannya. "Lain kali pakai sarung tanganmu. Untuk apa kau membeli sarung tangan bila tidak dipakai?" Dia hanya diam. Bibirnya tak bergerak sedikitpun. Meski itu untuk tersenyum.

Aneh. "Kenapa diam?" Aku menatapnya. Dia hanya menghembuskan napas. Kurasa ada hal penting yang ingin dia sampaikan.

"Mulai sekarang, jangan panggil aku sayang, jangan sms/ telepon aku, jangan pernah menemuiku, jangan menyebut namaku, jangan mengingat aku, dan jangan pernah mencintaiku lagi." Dia berbicara tanpa henti. Bahkan tanpa menarik napas. Aku benar-benar tidak mengerti maksud dia. Kenapa dia jadi seperti ini? Aku tak menjawab sepatah katapun. Dan tiba-tiba saja kata yang tidak pernah terpikirkan olehku terdengar.


"Aku pikir hubungan kita sampai disini saja."


***
Itulah saat terakhirku melihat sosok dirinya. Sedang apa dan dimana? Aku juga tidak tahu. Hanya saja, pasti dia sedang berbahagia. Kegelisahannya selalu mengejar-ngejar diriku.


1399



No comments:

Post a Comment