11 March, 2014

Untuk yang Kesekian Kali

Sekian lama aku menyimpan sakit, sekian lama pula aku terluka. Ditengah kebahagiaan yang menyelimuti dirimu, diriku terlantar disini. Diantara orang-orang yang sudah tak lagi memedulikanku.

Aku mempunyai mulut dan kurasa apa gunanya bila aku tidak menggunakannya? Diam memanglah emas. Tapi mohon maaf, aku tak mampu untuk terus memendamnya.

Semakin kusimpan, aku semakin tersiksa. Semakin kuucapkan, kebimbangan semakin menghantuiku. Apa yang sebenarnya kian mengoyak hidupku ini?

Berubah.
Ya, semua telah berubah.
Aku, kamu, kita semua berubah. Tidak ada lagi aku yang dulu atau kita yang pernah bersama.

Kau adalah sejarahku, masa laluku. Tentu kau sangat berharga karena sejarah tak dapat di beli. Terlalu egois bila aku ingin kamu pergi meninggalkan kekasihmu yang baru itu. Namun, bisakah kau membantuku melepaskan jeratan cinta yang masih tertuju kepadamu?

Sejarah kita mungkin akan terbengkalai, tapi tidak menghilang.

Dengarkan aku. Maaf bila selama ini omonganku begitu menyakitimu. Maaf bila aku membuat dendam menumpuk dalam hatimu. Juga maaf bila kata maaf tak cukup untukmu. Aku tak berhak melakukan apapun sebagai permohonan maafku.


Dan bila saja kau terus membenciku, silahkan.
Aku senang karena rencanaku berjalan lancar tanpa hambatan.

Jangan salah paham.

No comments:

Post a Comment