26 March, 2014

Kesempatan Kedua

Panggilan itu seakan mendorongku untuk maju. Aku tidak ingin terus diselimuti oleh kepedihan yang selalu datang semenjak dia beranjak pergi. Kau perlahan membukakan lagi pintu untukku, seakan membiarkanku masuk lalu terkurung selamanya dalam kebahagiaan.


Aku ragu, ragu untuk melangkah lebih jauh lagi. Keyakinanku terus meluap dan terbang pergi entah kemana. Aku takut kembali salah dalam mengambil keputusan. Tidak ada siaran ulang dan ini adalah kesempatan kedua yang terbaik. Aku tak mampu memilih.

Bisakah aku melihat masa depan? Segenap perasaanku memaksaku untuk masuk. Namun, sekujur tubuhku terasa kaku untuk bergerak bahkan selangkah pun tak mampu. Aku tak kuasa menghadapi masa depan nanti.

Belum ada jawaban yang pasti. Berakhir bahagia atau tidak. Aku pun yakin, berusaha meyakinkan diri, pilihanku adalah pilihan yang tepat.

'Kembalilah!'
'Ya. Aku tahu ini sebuah jebakan yang menyenangkan.'

No comments:

Post a Comment