15 March, 2014

Masih Merindu

Rindu ini kian mencuat. Mengekang diriku lalu menimbulkan air mata. Aku prihatin dengan kondisiku sekarang ini, semakin lama terus memburuk.


Tentu, aku sangat merindukan sosok dirimu yang pernah mengucap janji. Namun, bukan ini yang aku inginkan. Aku hanya rindu dan tak mampu mengartikan semua rasa yang terselinap sekarang.

Aku tahu ini aneh dan aku tidak bisa menghancurkannya. Jangankan menghilang, berkurang saja tidak. Masih saja terus merindu tanpa alasan yang pasti. Bisakah kau berhenti tumbuh, rindu? Tolong.

Hantaman belati masih terasa di ulu hatiku. Bagaimana bisa aku melupakan rasa sakit yang amat sangat ini? Bahkan, aku tidak yakin bisa menghilangkannya dalam ingatanku. Kejadian ini sudah membatu dan terukir sangat kekal. Jika saja belati itu bisa dicabut, kurasa tak akan memengaruhinya. Bekas luka itu masih teroles dengan baik. Mungkin aku memaafkanmu akan hal ini, namun sekali lagi aku tidak melupakannya. Inikah penyebab rindu?



Dia masih belum puas untuk membesar. Terus meraung ingin menangkap rupa wajah manisnya itu. Sadarilah. Tidak ada lagi kita yang dulu, yang saling mencinta. Hanya ada aku dan kamu, yang berpura-pura lupa akan masa lalu yang menjerat.

Aku merindukan kenangan itu. Kenangan manis diantara kita berdua. Bergandengan tangan bersama, menyusun setiap rencana akan masa depan. Kenangan manis yang terlalu disayangkan untuk dihapus.

Lalu, mimpi kembali menghantuiku. Mimpi, selalu. Mimpi indah yang selalu menghantarkanku untuk menjumpai wajah manismu itu. Selama aku tertidur, selama itu pula aku melihat bayangmu. Hanya ini satu-satunya cara untuk menerbangkan satu per satu rindu yang ada. Seandainya saja aku terus bisa tertidur, mungkin aku tidak akan merindukanmu lagi.


Untuk rindu yang belum berhenti, belum lelahkah?

No comments:

Post a Comment