01 August, 2018

Seakan Baru Kemarin

Ada sepotong waktu yang enggan ku hapus dari ingatanku.
Ada sepotong waktu yang begitu ingin ku lenyapkan, namun aku tak berdaya.

Seperti sepotong waktu itu.
Ketika hal yang tak pernah ku bayangkan akan terjadi, terjadi begitu saja dengan mudah.

Kau membuat mulutku kaku.
Tak berdaya mengucap sepatah-dua patah kata.

Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Ketika amarahmu yang selama ini kerap kau sembunyikan,
diluapkan,
tanpa berpikir itu akan menyakitiku.

Aku terkejut.
Terlebih lagi belum pernah ada seseorang yang memarahiku,
atau mendiamkanku,
sampai sebegitunya.

Ataukah,
diriku terlalu berlebihan mengambarkannya?

Namun ingatan itu masih terasa segar.
Seakan baru kemarin,
kau membuat air mataku menetes begitu derasnya.

Seakan baru kemarin,
kau membuatku tertawa terbahak-bahak dengan seluruh leluconmu.

Seakan baru kemarin,
kau memberiku setangkai mawar dan sepucuk surat merah.

Seakan baru kemarin,
kau berkata "aku mencintaimu, sepenuh hatiku".

Semua ini seakan-akan hanyalah sebuah mimpi -entah buruk ataukah indah- yang pernah terjadi didalam hidupku.

Jadi, apa yang sebaiknya aku rasakan?
Benci?
Bahagia?
Atau apa?


14 Desember 2016.
Dikala itu kita masih bahagia,


Stf

No comments:

Post a Comment