Diam masih menyelinap di hariku. Bayang wajah itu meronta ingin menembus pikiranku. Gusar. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Semua pilu ku pikul. Meletakkannya dalam sebuah wadah. Berusaha melemparkannya ke permukaan mukamu. Menamparmu dengan semua sakit yang sudah ku tanggung selama ini.
Aku kembali terlarut dalam kesedihan. Menghisap semua kelam dan menelannya. Cinta telah aku lumuri dan kau menyiramnya dengan benci hingga sirna. Aku dihentakkan oleh kenyataan. Tembok yang baru aku rakit, ambruk dalam sekejap.
Segelintir kebahagiaan baru saja berada dalam genggamanku. Menyebarnya kepada setiap sanak saudara. Aku terlampau bahagia, aku terlampau senang. Tak terfikir, melumpuhkan semua perasaanku.
Jenuh sekali. Aku bosan terus seperti ini. Berada di ambang, tidak tahu mana yang benar. Merangkak naik takut terjatuh. Tidak mau menambah beban hati. Merambat turun, sulit. Pisau telah kau hunus dan kau jilati. Siap memotong hati tak berdosa ini.
Malam yang di hiasi gemerlap-gemerlip bintang terlalu di sayangkan untuk dilewati. Tak ada pilihan, aku tidak bisa bebas. Aku meceburkan diriku dalam lautan cinta dan membilas diriku dengan penat.
Memaksa terbebas dari jeratan ini, dengan dibasahi oleh berbagai celotehan yang menyinggung, aku tidak bisa. Hati ini tetap tertinggal dan terbalut obat.
Hanya bisa mengelus dada.
No comments:
Post a Comment