Matahari tepat berada diatas kepala, tapi dinginlah yang datang menyengat kulitku. Tentu saja, ini musim dingin. Aku merapatkan jaketku dan masuk kedalam sebuah cafe yang cukup terkenal dekat dengan rumahku. Aku membeli segelas hot cappucino, minuman favoritku.
Aku duduk di atas sebuah kursi yang menghadap jendela. Secepat kilat, pikiran itu datang lagi. Selalu saja aku memikirkan hal ini. Pikiranku sekejap terisi penuh dengan wajah ketiga pria itu. Panggil saja dia A,B, dan C.
A. Jika dipikir-pikir, pria itu hampir mendekati sempurna. Wajahnya lumayan, pintar, romantis, dan pandai bermain alat musik. Kedua orangtua kita dan bahkan keluarga kita saling mengenal. Pernah suatu saat mereka mengira kami memiliki suatu hubungan spesial. Padahal, kami hanya sebatas sahabat.
B. Wajahnya juga lumayan, tinggi, putih, pintar, juga pandai bermain alat musik. Pernah suatu saat dia memainkan sebuah lagu buatannya sendiri untukku. Lagu itu sangat bagus. Aku suka lagunya. Tergiang kembali ditelingaku lagu kenangan itu.
C. Meskipun dia cukup bertolakbelakang dari mereka berdua, dia tidak buruk. Aku suka senyumannya, manis. Dia juga pandai dalam hal berolahraga. Dia tidak bisa bermain alat musik, tapi tidak masalah, dia sangat romantis. Dia pernah membuat seisi sekolahku cemburu melihat kemesraan kami. Semua temanku tahu kami berhubungan spesial tapi tidak keluargaku. Keluargaku sama sekali tidak mengenal dia. Dia bahkan tidak ingin mengenal keluargaku, sedikit tidak masuk akal. Tetap saja, hal ini tidak bisa dipungkiri, Aku cinta dia.
Aku menerima cinta pria C karena jujur, aku merasa sangat nyaman bila berada didekatnya. Kehangatan selalu menjalar ditubuhku saat dia mengenggam tanganku. Senyumku selalu menggembang tiap kali aku mendengar namanya.
Satu hal lagi yang harus aku akui, A dan B terus mengejarku setelah aku menolaknya. Kelihatannya mereka sangat setia. Tapi, aku tidak bisa merasakan cinta itu didekat mereka. C? Hatiku terus dicincang sekecil-kecilnya, dan anehnya, aku bahkan sampai sekarang tidak merasakan sakit, aku malah merasakan cinta mendalam kepada pria ini.
Meskipun hati ku telah dihancurkan, tapi pecahan hati ini tetap saja ingin dia. Dia, dia, dan dia. Tidak ada pria lain yang terlintas dihatiku.
Aku merasa bodoh pernah melepas tiga pria ini. Ya, tiga, termasuk pria C. Bodoh sekali. Lagipula, jika mereka jodohku, mereka akan kembali. Kita akan dipertemukan lagi dalam keadaan tertentu. Semua yang seharusnya bersatu pasti akan di persatukan kembali. Aku yakin itu.
Terkadang, aku merasa benar karena menolak mereka. Kemarin, aku melihat A dan B sedang berduaan dengan kekasih mereka masing-masing. Saling menumpahkan keceriaan dan bersenang -senang bersama. Mereka berhasil menemukan seorang yang lebih baik dari aku. Tentu saja, jika keadaan seperti ini, aku bisa merasakan aku bukanlah jodoh mereka.
C? Aku tidak tahu. Aku belum bertemu dengannya. Setahuku, dia pindah sekolah ke luar negeri. Mungkin dia juga berhasil mendapat kekasih baru.
Dan aku pun berhenti melamun setelah mendengar suara yang tidak asing lagi.
"Hi"
Aku berbalik kebelakang, dan benar saja itu pria C dan dia sendiri tidak bersama kekasihnya. Aku kembali mengadap ke jendela dan meminum minumanku yang masih terisi penuh ini. Senyum lebar tampak menghiasi bibirku.
No comments:
Post a Comment