Sebuah kesunyian terpampang di hati, tanpa dirimu di dalamnya, hanya bayangan. Kamu tidak meninggalkan hati ini dalam keadaan kosong. Terbukti hawa cinta kau sembunyikan disana dan aku bisa merasakannya. Membuatku lemah utnuk melupakan kisah cintaku, kisah cinta kita. Pupus sudah harapanku untuk bisa kembali dalam dekapanmu. Kamu pantas terkurung di dalam hati wanita itu.
Kerinduan ini terus membuncah. Mata ini terus menintikan air mata di tengah lebatnya hujan. Seiring waktu berjalan, cinta tidak berangsur-angsur menghilang. Bayangan wajahmu masih bertahan. Bagai tak ingin lepas, tak ingin berpisah dengan diriku.
Mulutku tetap mengungkit-ungkit namamu. Memperkenalkan kepada siapa saja bahwa kamu pernah singgah di hatiku. Mengingat kejadian manis dulu, seolah menyejukkan suasana hatiku. Menimbulkan efek bahagia. Berbagi kisah manis, memutar kembali kerinduan.
Aku masih menyimpan dengan rapi semua tentang kita. Tidak aku biarkan kertas usang ini terlipat sedikitpun. Aku akan membakar dirimu dengan api cintaku, bukan membakar lembaran kertas ini. Sekian lama aku terus menulis. Membisikkan perasaanku ke daun telingamu.
Aku melukiskan sebuah nama di tepi hati. Namamu, nama orang yang pernah merawat dan merobohkan gudang cintaku. Aku tidak layak untuk berbuat seperti ini. Tapi, kerinduan ini terus tumbuh tak karuan. Hadir diantara kalut. Berkecamuk di setiap hari-hariku.
No comments:
Post a Comment