Bodoh memang, karena tekad yang belum lama ku tekuni sudah roboh tanpa hasil yang memuaskan. Aku butuh satu saja alasan akurat agar bisa merelakannya.
Setiap kali aku mencoba menyebrang ke arah lain, hanya kegagalan yang senantiasa membawaku masuk ke dalam kegelapan. Bagaimana bisa aku berpindah dengan mudah? Kapan aku boleh menoleh ke arah yang lain? Mengapa kau seolah menjebakku sedari awal? Apakah ini akhir yang kau rancang? Puaskah?
Dengan lamban, aku menjalankannya. Tak masalah bukan? Memori sedikit banyak tetap saja menuntut untuk datang dan kesedihan tak ingin menampakkan dirinya. Cepat atau lamban, semoga saja kerelaan itu datang. Bukankah kau bahagia melihatku sengsara?
Untuk mereka yang belum melepas dengan sepenuh hati.
No comments:
Post a Comment