Jarak bukanlah
halangan bagi cinta yang penuh angan. Jarak hanyalah tantangan untuk membantu
mempererat hubungan.
Kisah ini menceritakan aku dan dia yang saling mencinta
dari kejauhan.
Rindu kian berkicau mendambakan pertemuan. Aku ingin
menghapus rindu yang terus membuncah ini, dan jarak mematahkan impianku.
Aku duduk termenung membayangkan rupa wajahmu yang sudah
lama tidak kutemui. Melantunkan satu-dua lagu mengenang cerita yang telah kita
rajut bersama.
Lihatlah kedua muda-mudi itu, bercanda tawa menguraikan
kebahagiaan. Lelaki itu merangkul dan memberikan kecupan di kening sang gadis.
Kekasihnya memeluk manja, seolah takkan melepaskan pujaan hatinya itu.
Lelaki itu tiba-tiba berdiri melepas rangkulannya. Ia
berbalik sebentar, kemudian mengeluarkan sekuntum mawar merah. Sang gadis
terharu dibuatnya. Diraihnya tangan sang gadis dan mengecupnya lembut. Lantas,
memberikan bunga mawar yang baru dibelinya tadi pagi.
Semua orang bisa melihat dengan jelas, bulir-bulir air
meluncur dari mata sang gadis. Bukan karena lelaki itu melukainya, tetapi
justru karena ia yakin ia telah menemukan lelaki yang tepat. Lelaki yang bisa
menjadi sandarannya saat dirinya lelah. Lelaki yang bisa menghandirkan warna
dalam kehidupannya. Lelaki yang berada disampingnya, yang tengah mengelus rambutnya.
Lihat yang disana, sepasang suami-istri duduk berdampingan.
Sang suami mengelus perut sang istri, yang sedang mengandung 7 bulan. Anak
mereka. Permatanya. Guratan-guratan wajah mereka memancarkan kebahagiaan. Sang
suami mengecup perut sang istri dan perlahan mencium pipinya. Sang istri
tersenyum melihat suaminya yang terus-menerus mengelus perutnya. Dirinya mantap
mematangkan pilihannya untuk menikah dengan pria yang berada disampingnya
itu.
Kemesraan mereka membuatku ikut terciprat kebahagiaannya.
Tepat sudah 3 tahun mereka menjalani kehidupan berumah-tangga. Terkadang mereka
terpisah jauh, entah karena pekerjaan atau urusan lain. Namun mereka senantiasa
bergandengan tangan menjalani hari demi hari.
Aku bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari kedua
pasangan itu. Ini bukan mengenai harta atau pun kecantikan fisik. Juga bukan
tentang ketenaran atau profesi. Tapi ini mengenai cinta yang dipenuhi oleh rasa
kesetiaan dan saling memercayai.
Cinta itu bukan tentang apa dan siapa. Tapi mengenai bagaimana
bisa memberikan kasih sayang yang tulus kepada orang yang dicintai. Bukan
tentang kapan dan dimana. Tapi mengenai alasan mengapa cinta itu bisa tumbuh.
Sebuah alasan yang mungkin belum ditemukan jawabannya. Sebuah alasan yang takkan ditemukan, sebab cinta datang begitu saja,
tanpa izin.
Sekarang, lihatlah kedalam hatiku.
Apa daya.
Kau berada sekian kilometer jauhnya dariku. Tak berkuasa
menggenggam tanganmu atau pun sekadar bertatap muka. Aku hanya bisa melihat
wajahmu yang terpampang diselembaran foto. Sebatas bertegur sapa dan bercakap
melalui pesan. Entah itu ucapan selamat pagi, ucapan tidur, rasa peduli, cinta, kecupan.
Semua itu hanya bisa dituangkan dalam bentuk pesan. Tak lebih. Tak kurang. Sekali dua kali
bercakap di telepon. Mungkin hanya saat itu aku berkesempatan mendengar suaranya.
Kisah ini menceritakan aku dan dia, pasangan yang kesulitan
untuk bertemu satu sama lain.

Aku ingin kita bisa menjadi sepasang kekasih yang saling
melengkapi. Mengisi kehampaan dalam diri kita masing-masing juga melewati
terpaan badai bersama. Bukankah kita harus belajar dari pengalaman orang lain?
Rindu mengapit kami disela-sela jarak yang terbentang.
Kasih, kau setia bukan?
No comments:
Post a Comment