Saraf pusatku tertindih. Mengerang kesakitan atas kenangan indah yang terbalut. Mereka, berbondong-bondong mampir mencoba menenggelamkanku. Mengembalikan sebuah ingatan yang terlalu kuyu.
Aku mendambakan sebuah akhir yang mengundang haru. Menginginkan kehangatan kasih diantara kita. Menghidangkan khayalan yang semestinya terwujud. Yang akhirnya, hanya seribu penyesalan yang tetap bertahan
Kita, yang sepantasnya bersama, hanya mampu mengarungi setiap ombak yang datang tanpa menekuni hikmat yang ada.
Kamu, yang sepantasnya mengisi kekosongan hidupku, hanya mampu bertahan dikala sang sempurna tak datang.
Aku, yang sepantasnya melengkapi kebahagiaanmu, hanya mampu mengenang dan berbalik untuk melepas.
Terlampau banyak detik yang ku habiskan sia-sia. Sedetik, dua detik, selalu saja berulang satu usaha yang terus tersumbat dalam pengharapanku.
Aku
Bukankah sudah jelas bila kita hanya sebatas angan? Untuk apa aku bertahan? Semuanya tak bisa dielakkan. Kau lahir bukan untukku.
Kisah buram ini hanyalah milik kita. Sepasang mantan kekasih yang memang tak patut disatukan sejak awal ataupun memperoleh akhir bahagia.
No comments:
Post a Comment