Kau pernah kembali dalam waktu yang tak banyak. Benih-benih harapan sudah mulai tertanam lagi hingga sekarang. Meski kau telah pergi lagi, aku masih sangat berangan. Sungguh aku ingin berjumpa, aku merindukanmu.
Tidak ada lagi hal yang patut aku khawatirkan, apa lagi tentang dirimu. Namun kau seakan memungut semua kepedulianku dan membawanya kabur. Aku bahkan tak pantas untuk melakukannya. Dan tak bisa di pungkiri, entah apa yang benar-benar mendorongku, aku melakukannya dari belakang layar.
Sempat terlintas dalam benakku untuk menghubungimu. Badai kebimbangan terus memorak-porandakan pikiranku, hingga pada akhirnya aku mengurungkan niatku. Disana lautan kenangan sudah terlihat dengan jelas. Terbentang luas juga membatasi hubungan kita. Kapan kemarau tiba hingga lautan itu kosong?
Mungkin, panasnya kecemburuanku bisa menguranginya. Dan itu tidak seimbang dengan air mata yang tak berhenti turun dari kelompak mata. Api amarah juga tak mampu menghalangi pilunya hatiku. Masa ini pasti akan cepat berakhir.
Aku sadar, ada sebuah ikatan setipis benang yang membuat diriku sendiri sulit untuk melihatnya. Ya, aku masih dan sangat merindukanmu. Memang rasa cinta yang dulu selalu berkoar-koar ini sudah mati, tapi aku masih sulit membiarkanmu lepas dari sisiku.
Untuk mimpiku, berubahlah menjadi nyata, sekali saja.
No comments:
Post a Comment