Pelita yang bersinar terus menerangi ruangan yang gelap gulita ini. Semakin lama semakin redup dan kian habis. Minyak menguap pergi ke udara dengan mudah tanpa sedikit pun beban yang di genggam. Pelita pun sekarat. Cahayanya sekarang hampir menyaingi gelapnya ruangan kosong ini. Hingga hanya tersisa kegelapan yang menggelitik hati.
Itulah kamu. Minyak yang tidak mendapatkan sebuah hati nurani semenjak kau lahir. Perasaanmu telah terkutuk sekeras batu. Tak peduli apa yang akan menimpamu nantinya. Tak peduli seberapa besar bongkahan pilu yang akan menimpaku.
Pelita, sebut saja itu aku. Kuat karena minyak, lemah tanpa minyak. Sekarang bagai sampah yang mengganggu kehidupan kota. Terbuang dan tak diinginkan seorang pun. Menjijikan.
'Minyak, kemana kau pergi? Aku terkurung dalam kegelapan batin. Aku butuh kamu, sangat.'
'Jangan mencariku. Pulanglah.'
Itulah perpisahan denganmu. Sebuah kehilangan yang tidak menyenangkan. Aku sudah mendapati kejadian itu berlipat-lipat kali sebelumnya. Berapa banyak aku bermimpi juga tidak akan bisa menutupi kepedihan yang merasuki hati. Perkiraanku tak sebanding dengan kenyataan.
Dan, inilah kehilangan yang paling tak aku inginkan dalam sejarah. Kehilangan sosok seperti dirimu.